Page 16 - Mahmud dan Sawah Ajaib
        P. 16
     agar mudah disusun dan tidak mudah patah. Setelah
            dianyam pada sebilah bambu sepanjang satu setengah
            meter, daun kelapa itu dijemur hingga kering menguning
            dan siap dipasang sebagai atap rumah.
                 Sudah beberapa kali Lem Mahmud mengganti sendiri
            atap rumahnya itu karena lazimnya atap daun kelapa
            bertahan  setahun  atau  dua  tahun  saja.  Setelah  itu
            haruslah diganti dengan anyaman daun kelapa yang baru.
            Di dalam rumah hanya ada dua helai tikar daun nipah yang
            juga dirajut oleh istrinya. Satu dipakai untuk sehari-hari
            dan satu lagi digunakan jika ada tamu yang mengunjungi
            rumahnya.
                 Tikar untuk tamu itu masih kelihatan baru karena
            jarang dipakai, paling hanya saat Lebaran saja. Malah,
            Lem Mahmud pernah berpesan kepada istrinya, ”Jika
            sewaktu-waktu salah satu dari kita meninggal dunia, tikar
            nipah yang masih baru ini digunakan sebagai alas untuk
            memandikan jenazah kita.”
                 Tidak ada perabotan di rumahnya, hanya sebuah
            kursi rotan bulat dekat tungku dapur yang setia menemani
            hari-hari Lem Mahmud jika tidak pergi ke sawah. Tidak
            ada harta yang mereka miliki selain sepetak sawah di tepi
            sungai dan seekor sapi jantan putih, peninggalan ayah
            Lem Mahmud yang telah berpulang beberapa tahun silam.
                                          4





