Page 19 - menak jingga
P. 19

“Ah…, Kanda  jahat!”  Anjasmara merajuk  sambil  mencubit
            lengan suaminya.

                  “Lalu,  setelah  pulang  menghadap Kanjeng  Ratu,  Kanda
            kemana?” Anjasmara masih melanjutkan pertanyaan.

                  “Biasa…, ke gudang persediaan makanan.”

                  “Pasti Kanda  berlatih  lagi,  kan?  Mengapa  tidak mengajak
            dinda? Ah…, Kanda memang jahat.” Anjasmara bertanya sambil
            kedua tangannya memukuli punggung  suaminya dengan penuh
            manja.

                  “Aduh…, jangan  istriku,  jangan!  Tadi Dinda ke mana,  ayo?
            Kanda datang, Dinda tidak ada?” Damarwulan balas bertanya.

                  “Dinda lama menanti, tapi Kanda tak kunjung datang. Dinda
            menghadap ayah, tetapi yang  ada hanyalah  Paman  Sabdapalon
            dan Paman Nayagenggong. Paman berdua pun tidak tahu ke mana
            Kanda dan ayah pergi.”

                  “Tapi, bukankah sekarang Dinda sudah mengetahui?”
            Damarwulan menggoda istrinya.

                  “Ya…, Kanda. Kanda …, tadi Ratu Kencana Wungu memanggil
            Kanda ada apakah, Kanda?”
                  Damarwulan kebingungan menjawab pertanyaan itu sebab
            jika ia berterus terang, istrinya pasti tidak mengizinkannya ke
            Prabalingga. Namun, jika tidak  berterus  terang,  ia pun merasa
            berdosa karena membohongi istrinya.

                  “Kanda  Damarwulan,  bukankah Kanda  masih mencintai
            Anjasmara?”  tanya  Anjasmara  mengiba,  “jika  Kanda masih
            mencintai Anjasmara, berterus teranglah kepada dinda, Kanda!“
            lanjut Anjasmara.








                                         12
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24