Page 2 - nasehat puasa
P. 2
maka ini kesempatan. Untuk mengejar ketertinggalan yang sudah kita lakukan
pada hari-hari yang lalu. Apalagi malam ini, malam 27Ramadhan.
Kata sebagian ulama malam 27adalah malam yang peluangnya paling besar untuk
menjadi malam Lailatul Qadar. Dari seluruh malam-malam ganjil yang ada, malam
27adalah malam yang peluangnya paling besar. Maka malam ini, maksimalkan.
Dari ibadah yang fardhu, jauhi maksiat, tambah dengan ibadah-ibadah yang
sunnah, shalat tarawih, qiyamul lail, baca Al-Qur’an, dzikir, do’a yang diajarkan
oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:
ْ
ٌّ َ َ
ِ َ ُ ْ َ َ َ ُّ ُ ُ َّ َّ ُ َّ
َ
نع فعاف وفعلا بحـت وفع كنإ مـهـللا
ِ
ي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah diriku. ”(HR.
Ahmad 25384, At-Turmudzi 3513, Ibn Majah 3850, An-Nasai dalam Amal Al-yaum wa lailah, dan Al-
Baihaqi dalam Syua’bul Iman 3426. Hadis ini dinilai shahih oleh Al-Albani)
Tetapi bisa juga kita bercermin pada teori al-ghazali atau Ghazall's
Theory of Vertue tentang tingkatan orang-orang yang berpuasa.
1. Puasa orang awam. Puasa ini sekadar menahan lapar dan haus. Bisa
jadi kelompok ini akan merasa suka cita dengan berakhirnya
ramadhan. Sebab, puasa mereka baru sekadar ritual formalitas yang
miskin nilai spiritual
2. Puasa orang khusus. Puasa kelompok ini sudah mampu mencapai
tingkat pertama dan dilanjutkan dengan memuaskan indera. Seperti
puasa mendengar, melihat, mengendalikan tangan dan kaki, termasuk
mengedalikan kata-kata.
Bisa dipastikan kelompok kedua ini merasa sedih apabila ramadhan
berakhir. Bahkan mereka menginginkan Ramadhan sepanjang tahun.
Seperti yang dinyatakan Rasulullah