Page 12 - 01_Bismillah Modul
P. 12
adat biritan ini diawali pada saat dusun Wati terkena pagebluk penyakit,
kemudian Ki Ageng Sorengpati selaku kepala dusun melaksanakan wiridan
untuk meminta petunjuk kepada tuhan untuk menolak pagebluk dan
diberikan petunjuk agar mengadakan upacara tertentu yang selanjutnya
disebut dengan “Baritan”. Upacara adat ini memiliki syarat salah satunya
harus dilaksanakan di perempatan jalan dusun. Hal ini dikarenakan
perempatan jalan dusun lokasinya berada di tengah-tengah dusun
sehingga memudahkan masyarakat untuk berkumpul. Selain itu,
perempatan jalan dusun diyakini sebagai tempat bertemunya “Ponco Boyo”
yang berada di perempatan tersebut. Maksud dari ponco boyo adalah lima
arah bahaya yang harus dinetralisir, yakni keamananan, musibah,
kemakmuran, dan bala bencana.
Jangkrik Genggong
Jangkrik genggong merupakan upacara
perayaan untuk anak laki-laki sebagai tanda
bahwa anak tersebut telah beranjak dewasa.
Upacara ini dilaksankan oleh masyarakat desa
Sidomulyo, Kecamatan Ngadirjo. Pelaksanaan
upacara adat dilaksanakan di lokasi Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) desa Sidomulyo setiap hari
Selasa Kliwon bulan Lungkang atau Dzulkaidah. Prosesi upacara adat
dipimpin oleh sesepuh desa. Keunikan upacara ini adalah harus ada ikan
kakap merah sebagai hidangan wajib. Pada malam puncak upaacara adat
diadakan pagelaran seni tayub.
Larung Sesaji
Istilah larung memiliki arti yang sama dengan istilah labuhan. Istilah
labuhan berasal dari kata labuh yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti membuang atau mencampakkan ke air. Ritual ini
merupakan ungkapan rasa syukur atas rizki yang telah diberikan oleh
Tuhan dengan harapan agar ketika para nelayan menangkap ikan
Modul Flipbook Interaktif Berbasis Kearifan Lokal Kabupaten Pacitan 10