Page 27 - E-Modul Sejarah Perjuangan R.M Tirto Adhi Soerdjo
P. 27
KESIMPULAN
1. Raden Mas Tirto Adhi Soerdjo merupakan seorang tokoh yang berperan sebagai perintis
organisasi modern dan penggerak Pers di Indonesia pada masa Pergerakan Nasional. Pada tanggal
3 November 2006, R.M Tirto Adhi Soerdjo di tetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan
Keppres No. 85/TK/2006. R.M Tirto Adhi Soerjo atau Djokomono merupakan seorang keturunan
bangsawan yang lahir di Blora pada tahun 1880. Ayah Tirto Adhi Soerdjo bernama Raden
Ngabehi Hadji Moehammad Chan Tiritodhipoero sedangkan Kakeknya bernama R.M Tirtonoto
sebagai Bupati Rajawesi, Kerisidenan Rembang, dan neneknya bernama Raden Ayu Tirtonoto.
2. Ketika R.M Tirto Adhi Soedjo berumur 14 tahun, ia melanjutkan pendidikannya dengan
bersekolah di Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Setelah dikeluarkan dari
Stovia, R.M Tirto Adhi Soedjo semakin menekuni minatnya di bidang pers dengan bekerja di
surat kabar Pembrita Betawi sebagai redaktur. Tirto Adhi Soerdjo kemudian mendirikan
perusahaan media cetak sendiri dengan nama Soenda Berita pada tanngal 7 Februari 1903. Seonda
Berita menjadi surat kabar pertama yang dimiliki oleh kaum pribumi dalam tonggak sejarah pers
Indonesia dan menjadi embrio perlawanan pribumi melalui pers terhadap pemerintah kolonial
Belanda.
3. Pada tanggal 1 Januari 1907, Tirto Adhi Soerdjo kembali menerbitkan surat kabar dengan nama
yang baru yaitu Medan Prijaji. Medan Prijaji lahir sebagai Jurnalisme Advokasi atau surat kabar
pembela kaum tertindas. Untuk semakin memperkuat Medan Prijaji, Tirto Adho Soerdjo
meluncurkaan surat kabar baru yang diberi nama Soeloeh Keadilan pada bulan April 1907.
Soeloeh Keadilan merupakan surat kabar yang berisi berita-berita tentang hukum dan didaulat
sebagai surat kabar pendukung Medan Prijaji.
4. Pada tahun 1906, dengan semangat untuk mempersatukan bangsanya Tirto Adhi Soerdjo
merumuskan suatu perhimpunan yang diberi nama Sarekat Prijaji. Adapun program Sarekat
Prijaji antara lain: mendirikan asrama untuk para pelajar diluar daerah Betawi, memberikan
pinjaman dana kepada pelajar kurang mampu, mendirikan frobele onderwijs (taman kanak-
kanak), mendirikan Hollandsche Cursus (lembaga kursus)
17