Page 130 - BS K6 Tema 9 Rev18
P. 130

“Ada apa, Kek? Mau apa di situ?” tanya
                    Andi yang lebih tua, kepada kakeknya, tanpa
                    mengalihkan  pandangannya  dari  layar
                    gawainya.

                        “Cepatlah     ke    teras!    Kakek     ingin
                    menunjuk kan sesuatu kepadamu. Di sini
                    sudah ada Ari dan Ika, nih,” seru Kakek dari
                    teras rumahnya yang luas.

                        “Andi, Bayu!  Dipanggil Kakek!” kata Ibu
                    mengingatkan setelah dilihatnya kedua anak itu tidak juga menghiraukan
                    panggilan kakeknya.  “Kalian sudah janji untuk menemani  Kakek, kan kali
                    ini?  Mengapa kalian sibuk sendiri dengan gawai itu dibanding  menemani
                    kakek?  Kakek sudah lama tidak bertemu kalian, lho!” kata Ibu mengingatkan.
                    Kedua adik beradik pun akhirnya meletakkan gawainya dan berjalan menemui
                    kakeknya di teras.

                         “Nah, gitu dong!  Masa gawai lebih menarik daripada bulan purnama di atas
                    sana?  Sudah tiga kali bulan purnama, Ari dan Ika selalu bermain ke sini untuk
                    mendengar cerita Kakek, lho!” jelas Kakek Banu. “Ari dan Ika juga biasanya
                    bermain gawai seperti kalian, tapi sudah tiga kali mereka selalu datang ke sini
                    meminta Kakek bercerita pada saat bulan purnama,” jelas Kakek lagi.

                        “Iya, Andi. Sejak Kakek kami meninggal empat bulan lalu, kami jadi sering
                    bermain ke sini.  Kakek Arya suka bercerita ketika bulan purnama tiba, biasanya
                    di teras rumah kami. Nah, sekarang Kakek Banu bersedia bercerita juga untuk
                    kami,” Ari menjelaskan.

                        “Wah, akan seru pasti cerita Kakek kalau banyak pendengarnya! Aku
                    mau!”  seru Bayu gembira, lupa akan permainan gawainya. Bayu pun segera
                    mengambil tempat di sebelah Ika.  Kini keempat bocah itu pun duduk setengah
                    lingkaran mengelilingi Kakek yang duduk di kursi malasnya.

                        Kakek Banu mulai bercerita dengan bersemangat. Terkadang terdengar
                    suaranya menirukan suara-suara binatang, petir, angin, kendaraan bermotor,
                    berganti-gantian.  Lalu terdengar suara anak-anak tertawa terbahak-bahak,
                    lalu suara mereka menjerit ketakutan. Kelihatannya seru sekali.

                        Andi dan Bayu pun lupa dengan permainan gawainya. Sepertinya, mereka
                    menikmati sekali cerita Kakek Banu. Beberapa kali mereka merengek meminta
                    Kakek bercerita kembali. Ibu pun harus datang meminta anak-anak itu
                    menunggu hingga esok hari untuk membiarkan Kakek Banu beristirahat.

                        “Ternyata seru sekali mendengar cerita Kakek, ya Kak! Lebih seru daripada
                    permainan di gawai Kakak itu!” kata Bayu kepada kakaknya.




                    124     Buku Siswa SD/MI Kelas VI
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135