Page 80 - BUKU PENGAYAAN ENERGI MATAHARI DAN MANFAATNYA
P. 80
Penelitian mengenai teknologi pendingin ruangan tenaga
matahari di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2012 oleh
Profesor Muhammad Idrus Alhamid, dosen Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, dan timnya. Peralatan mesin pendingin
tersebut dipasang di halaman belakang Departemen Teknik Mesin
FTUI. Letaknya tepat di dalam Gedung Manufacturing Research
Center (MRC). Panel surya berbentuk tabung juga dipasang di atap
gedung, dirangkai dalam 61 baris. Tiap seri terdiri dari 16 tabung
kaca sepanjang 1 meter yang diisi tembaga.
Rata-rata jumlah energi panas yang mampu ditangkap
adalah 200 watt, namun bila matahari sedang terik maka panas yang
ditangkap bisa mencapai 800 watt. Air yang dipompa ke panel
menerima energi panas dari radiasi matahari pada suhu sekitar 90°C
dan mentransfernya ke solar absorbtion chiller (SAC) yang
diproduksi oleh Kawasaki Thermal Engineering (KTE) dan diimpor
dari Jepang. Melalui mekanisme tersebut, SAC menghasilkan
pancaran udara dingin dari air yang dipanaskan oleh kolektor.
Penggunaan mesin pendingin ruangan menggunakan
tenaga listrik pada gedung tersebut yang berkapasitas 281 kW
membutuhkan daya listrik sebesar 70 Kw untuk beroperasi di
dalam gedung, namun AC bertenaga surya hanya membutuhkan
listrik sebesar 20kW untuk mengoperasikan pompa air yang
berfungsi untuk mengalirkan air dan membawanya ke panel. Selain
itu, analisis yang dilakukan menyimpulkan bahwa penggunaan
mesin pendingin bertenaga surya mengurangi emisi CO2 lebih dari
73