Page 108 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 108

banyak mengkritik pemerintah,  terutama  atas terjadinya

            ktidakadilan antara  penduduk bumiputera dan kaum kolonial.
                    Pada kesempatan lain, ketiga orang buangan ini diminta
            untuk  memberikan  ceramah  di  Gedung Diligentia  di  Den
            Haag . Acara itu dihadiri oleh banyak orang karena ada 3 orang
                 32
            buangan dari Hindia Belanda yang akan memberikan ceramah
            di gedung tersebut. Ketiganya menjadi tokoh yang dibicarakan
            dalam baik dalam koran lokal di Hindia Belanda maupun koran-
            koran di Belanda.  Oleh panitia ketiganya dijajar di podium. TM

            duduk di sebelah kiri disampinya SS beserta isteri, dan kemudia
            DD  didampingi  isterinya, sehingga ketiga tokoh ini tampah
            dengan jelas dari kejauhan.  Pada kesempatan ini DD diberikan
            kesempatan untuk pertama berbicara.  Ia mengemukakan falsafah

            yang kemudian dikenal banyak orang, yakni Onhoorbar groeit
            de padi  ‘Padi tumbuh tanpa suara’. Ia mengumpamakan gerakan
            nasional di Hindia Belanda tumbuh bagaikan padi yang sedang
            tumbuh.  Giliran TM tampil di mimbar. Dengan gayanya yang

            khas, ia mengemukakan tentang rakyat di Hindia Belanda yang
            ingin merdeka, bebas dari cengkeraman penjajah. Ia berbicara
            dengan nada yang halus, tanpa ada rasa dendam sedikitpun
            kepada bangsa Belanda. Giliran SS berbicara sebagai pembicara


            32   Dalam kegiatan itu DD menjelaskan kaitan antara Indische Partij dan
               penahanannya.  Pidato  DD disambut  dengan  baik  dalam  ceramah  di
               gedung Diligentia, yang disewa untuk keperluan itu.  Dilaporan bahwa
               ketiga tahanan politik itu dengan gambling telah menjelaskan proses sejak
               awal hingga mereka dibuang ke negeri Belanda. (Lihat “DD in Holland”
               dalam Bataviaasch Nieuwsblad,  22 Oktober 1913 lembar ke-2).


            108     Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113