Page 28 - Buku Shinta 1 - 2024
P. 28
Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi, Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial, Universitas Sari Mutiara Indoensia , Tahun 2020.
menggunakan simbol EAN-13 (EAN = European Articel Number). Akan tetapi
ketika buku tersebut diolah di perpustakaan, biasanya akan dilakukan pelabelan
ulang, disesuaikan dengan sistem pengindeks-an yang digunakan
oleh perpustakaan tersebut.
Di perpustakaan yang sudah menerapkan sistem komputerisasi,
nomor barcode biasanya dijadikan sebagai nomor identitas koleksi. Di dalam
database nomor identitas biasanya dijadikan sebagai primary key, suatu
nilai/kolom dalam basis data untuk mengidentifikasi suatu baris atau record.
Ketika suatu kolom dijadikan sebagai primary key maka nilainya harus unik, tidak
boleh ada nilai yang sama.
B. Struktur Penulisan Barcode
1. Barcode, kodenya juga harus unik.
Setiap koleksi, nomor barcodenya harus berbeda, karena ketika ada
nomor barcode yang sama, akan menyebabkan inkonsistensi data
(nomor barcode yang sama pada koleksi yang berbeda),
atau redundancy data (nomor barcode yang dientrikan secara berulang
untuk data yang sama).
2. Nomor barcode, harus dilakukan secara terstruktur
• Nomor tersebut harus mempunyai makna yang mewakili identitas koleksi
tersebut, layaknya nomor buku pokok (BP) mahasiswa, nomor KTP, atau
nomor identitas lainnya. Selain itu penyusunannya juga harus disesuaikan
dengan kebiasaan institusi induk dalam menyusun nomor identitas. Contoh
kasus di Universitas Andalas, penyusunan nomor BP mahasiswa terdiri
24