Page 12 - Kebung Hatta-an 2024 _ Share Publik
P. 12
6. Kejujuran dan Anti KKN
Misalnya, pada 1971, Mohammad Hatta pulang ke Indonesia setelah berobat dari Belanda. Dibandingkan
beristirahat, beliau justru meminta tolong kepada sekretaris pribadinya untuk menulis laporan
penerimaan serta pengeluaran uang selama dirinya berobat di Belanda. Hal itu ternyata telah menjadi
kebiasaan Mohammad Hatta untuk selalu menulis laporan keuangan setiap usai pergi dari luar negeri. Di
sisi lain, pihak bendahara negara sering menolak sisa kembalian dari biaya perjalanan ke luar negeri,
karena bisa menjadi uang saku tambahan. Akan tetapi, Mohammad Hatta meminta untuk selalu
mengembalikan sisa uang dari perjalanan luar negeri dan tidak mau menerima kembalian tersebut.
Pasalnya, Mohammad Hatta beranggapan jika uang saku sebelumnya telah memadai, sehingga kelebihan
uangnya harus dikembalikan.
Dikisahkan melalui sekretaris pribadinya, Iding Wangsa Widjaja, ia pernah ditegur karena kedapatan
menggunakan tiga lembar kertas dari kantor Sekretriat Wakil Presiden untuk keperluan pribadi. Beliau
tidak hanya tegas kepada rekan kerjanya, tetapi juga kepada anak-anaknya. Gemala Rabiah Hatta,
pernah mendapat sentil ayahnya ketika Gemala ketahuan menggunakan amplop dengan Logo Konsulat
Jendral RI untuk kepentingan mengirim surat non-negara. Hatta bukan sosok yang mudah dirobohkan
keyakinannya. Untuk mewujudkan keinginannya, beliau mencoba menabung uang beliau yang didapatnya
Hatta selalu teringat dari hasil menulis dan mengisi seminar. Harga sepatu Bally sejak dulu sudah terbilang mahal dan dirinya
dengan pepatah Jerman, tidak memiliki cukup uang saat itu. Namun hingga akhir hayatnya tabungan Hatta tidak pernah cukup
"Der Mensch ist, war est untuk membeli sepatu Bally. Beliau selalu mengedepankan kepentingan orang lain, termasuk dengan
izt" yang berarti sikap membantu keuangan para teman-temannya yang membutuhkan. Setelah tidak lagi menjadi wakil
manusia sepadan dengan
caranya mendapat makan. presiden, beliau kembali ke rumah pribadinya dan melarang keluarganya untuk membawa barang selain
yang dimilikinya--bukan barang inventaris negara. Bung Hatta mencoba memenuhi kebutuhan keluarga
dengan menjadi penulis. Ia bahkan sempat menjalani hidup kekurangan hingga perhiasan bu Rahmi harus
keluar masuk pegadaian.
Document Accepted 29/7/2024