Page 24 - E-Modul Ikatan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Papua
P. 24
TRADISI MENGGUNYAH PINANG
Budaya menginang atau mengunyah pinang melekat pada masyarakat di Tanah Papua. Meskipun kebiasaan ini juga banyak
dilakukan oleh masyarakat di daerah lain, namun menginang di Tanah Papua bak hal yang tidak boleh dilewatkan. Biasanya orang-
orang yang menginang di daerah lainnya adalah yang sudah berumur. Tapi, di bumi cenderawasih menginang dilakukan oleh banyak
orang dari berbagai tingkatan usia, mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa. Biasanya buah pinang dikunyah bersamaan
dengan tepung kapur yang terbuat dari cangkang kerang yang dihaluskan. Tepung kapur berfungsi untuk mengurangi rasa masam dan
pahit yang berasal dari getah pinang. Batang sirih juga kerap kali dimakan saat menginang untuk menjadi penetralisir rasa getir getah
pinang.
Tanah Papua dikenal juga dengan julukan “Negeri Pinang”, karena buah pinang merefleksikan identitas orang Papua, juga
menjadi simbol solidaritas dan persaudaraan. Sirih dan pinang selalu hadir dalam setiap pertemuan .maupun upacara adat di Tanah
Papua. Pinang menjadi barang wajib yang harus ada sebagai pencair suasana dan pengusir rasa canggung. Aktivitas menginang pun
menjadi sarana bersosialisasi dan “pembuka” interaksi antara satu orang dengan orang lainnya. Proses menyirih dilakukan dengan
cara mengunyah buah pinang, buah sirih, dan kapur sirih. Campuran pinang, sirih dan kapur sirih menghasilkan warna merah.
Kandungan kimia pada buah pinang adalah beberapa senyawa metabolit sekunder, antara lain alkaloid, saponin, flavonoid dan tannin.
Saponin berperan dalam menyembuhkan luka karena kemampuannya sebagai zat pembersih, tannin dan flavonoid memiliki daya
antiseptic sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka, dan alkaloid sebagai zat anti bakteri. Struktur kimia alkaloid, sebagai
berikut.
Sumber :
seputaranpapua.com
+ Mg + 2 HCl → + Produk lain
2+