Page 123 - Mereka yang dikalahkan Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 123
Mereka yang Dikalahkan 97
tidak memiliki kebun dengan sistem bagi hasil, dengan model 6
atau 7 milik penggarap dan 4 atau 3 milik pemilik lahan. Artinya
jika sehari nderes karet mendapat 10 kg., maka bagian penggarap 6
atau 7 kg. dan sisanya hak pemilik lahan. Pola ini sudah berlangsung
puluhan tahun di masyarakat dan selama ini tidak ada persoalan.
Terdapat perbedaan besaran bagi hasil karena hanya kesepakatan
antara kedua belah pihak. Di masyarakat tidak ada aturan baku yang
menjadi aturan hukum desa, semua berjalan secara turun temurun
sebagai tradisi masyarakat setempat dan di antara mereka tidak
pernah mempermasalahkannya.
23
Setelah berkebun (nderes karet), rata-rata masyarakat kampung
Pulau Padang bercocok tanam (menanam sayuran dan tanaman
lainnya) untuk kebutuhan rumah tangga, bahkan sebagian juga
untuk dijual ke pasar. Pola ini hampir dilakukan oleh semua warga
karena rata-rata halaman sekitar rumah warga cukup luas untuk
ditanami. Sumber penghidupan lain bagi warga desa Pulau Padang
adalah kelapa, kopi, ubi/singkong, dan jenis tanaman lainnya yang
cocok untuk lahan gambut. Sementara tidak ditemukan tanaman
sawit di desa-desa Pulau Padang, kecuali hanya di beberapa rumah
yang penulis temukan pohon sawit ditanam di sekitar rumah tinggal,
namun bukan untuk tanaman pokok. Menurut penuturan warga
“pohon sawit tidak cocok ditanam di tanah Pulau Padang, sehingga
bisa disebut tidak ada pohon sawit di desa ini.”
23 Hasil diskusi dengan warga Pulau Padang, di Desa Mekarsari,
Kecamatan Merbau, Kabupaten Meranti.