Page 13 - BAB 4
P. 13
2. Hukum Asuransi Menurut Para Fuqaha
para ulama fikih
kontemporer yang menyatakan bahwa asuransi terbagi menjadi dua macam yaitu asuransi
tijari atau asuransi yang bersifat komersil dan proit oriented maka hukumnya haram.
Alasannya pada asuransi tijari ini terdapat praktik riba dan gharar. Dan yang kedua adalah
asuransi ta’awuni atau tabarru’, yang merupakan asuransi sosial dan landasannya adalah
tolong menolong sehingga para ulama bersepakat, hukum asuransi ini mubah atau boleh.
d. Rukun, Syarat dan Larangan Asuransi Syariah
Imam Hanafi menyebutkan bahwa rukun asuransi hanya ada satu yaitu ijab dan kabul.
Sedangkan menurut ulama fikih yang lain, rukun asuransi adalah terdiri dari empat hal yaitu:
1) Kail; yaitu orang yang menjamin (baligh, berakal, bebas berkehendak, tidak tercegah
membelanjakan hartanya).
2) Makful lah; yaitu orang yang berpiutang disarankan sudah dikenal oleh kail.
3) Makful ‘anhu; yaitu orang yang berhutang.
4) Makful bih; yaitu utang, baik barang maupun uang disyaratkan diketahui dan jumlahnya
tetap.
e. Tujuan dan Prinsip Asuransi Syariah
Tujuan asuransi syariah adalah untuk melindungi peserta asuransi dari kemungkinan
terjadinya risiko yang tidak bisa diprediksi. Dalam hal ini, perusahaan jasa asuransi adalah
perusahaan yang menjalankan amanah yang dipercayakan oleh peserta asuransi syariah,
untuk mengelola amanah dalam rangka menolong meringankan musibah yang dialami
peserta lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut, asuransi syariah harus memiliki dasar atau prinsip yang
menjadi pijakannya. Adapun prinsip dasar asuransi syariah adalah: