Page 114 - umipdf
P. 114
G. PENGUATAN KARAKTER
56
Penguatan karakter :
PENTINGNYA TATHAWWUR WAL IBTIKAR
Apa yang kita pahami dengan istilah tahadhdhur? Bagaimana hubungan
kedua istilah tersebut dengan pelaksanaan shalat fardlu dengan cara jama’ dan
qashar? Dari hari ke hari, perubahan dapat kita rasakan cepat terjadi seiring dengan
semaki n majunya teknologi informasi komunikasi. Contohnya perubahan alat
transporasi yang mulamula mengandalkan onta, keledai, kuda, sepeda motor, mobil
hingga menjelma menjadi kereta api dan pesawat terbang. Kemampuan jelajah dan
jarak tempuh tentu sangat jauh berbeda jika dibandingkan antara onta dengan
pesawat terbang.
Perubahan teknologi transporasi harus kita terima sebagai sunnatullah dan
menjadikan kita lebih kreatif dalam mencari titik temu antara Islam dan peradaban.
Bukan berarti Islam yang harus tunduk dengan peradaban, tetapi inovasi dan kreasi
tetap menempatkan Islam sebagai salah satu sumber membangun peradaban
manusia. Inovasi dan kreatifitas itu lah yang kita kenal sebagai penerapan prinsip
tathawwur wal ibtikar.
Contoh: Ketika ukuran jarak tempuh bepergian menggunakan standar alat
transportasi onta yang berjalan lambat, sehingga hukum boleh mengqashar shalat
salah satu sebabnya adalah jarak yang ditempuh setara dengan dua hari perjalanan.
Kita dapat membayangkan, berapa ribu kilo meter jarak tempuh yang menjadi sebab
diperbolehkannya qashar shalat, jika standarnya menggunakan ukuran pesawat
udara.
Inovasi dan kreasi sebagai perwujudan tathawwur wal ibktikar bukan
dengan cara menghilangkan sebab bepergian beserta jarak tempuhnya. Tetapi kita
justru harus melakukan konversi alat ukur dari rata-rata kilo meter/jam perjalanan
dengan onta x 2 hari perjalanan dengan membawa beban berat. Hasilnya kita
bandingkan dan padukan dengan kondisi saat ini.
Bahwa kemudian hasil konversi berbeda diantara para ulama karena
disebabkan perbedaan dalam menghitung rata-rata perjalanan di masa lalu dengan
onta. Perbedaan justru menjadikan khazanah ajaran kita semakin lengkap. Yang
penting perbedaan bukan karena sebab penyimpangan, tetapi memiliki sumber yang
sama. Yaitu hasil konversi hitung pada masa Nabi dengan kondisi pada masa Nabi
Saw yang diselaraskan dengan kondisi saat ini.
56 Ibid. hal 192
F I K I H M A D R A S A H T S A N A W I Y A H K E L A S V I I 108