Page 133 - Buku 10
        P. 133
     membuat desa sebagai outlet atau pasar perencanaan dan
           penganggaran.
              Perspektif  “satu desa, satu rencana, satu anggaran” se-
           benarnya merupakan  evolusi dari praktik  “satu  desa satu
           rencana” yang sudah berkembang di berbagai daerah. Para
           pegiat desa antara lain telah berupaya membangun integra-
           si antara perencanaan reguler dengan perencanaan PNPM
           sehingga menjadi sebuah sistem “satu desa satu rencana”;
           melembagakan perencanaan partisipatoris yang melibat-
           kan berbagai elemen masyarakat secara inklusif termasuk
           kaum perempuan dan kaum miskin; melembagakan model
           village self planning dengan mengutamakan pengambilan
           keputusan di tingkat lokal dengan ditopang oleh pendeka-
           tan berbasis aset  (asset based approach) atau menguta-
           makan kekuatan aset yang dimiliki oleh desa sendiri. Kom-
           ponen  yang  terakhir itu  tidak hanya membuat  desa  dan
           masyarakat mengusulkan proyek (baca: perburuan proyek)
           ke atas melalui mekanisme musrenbang bertingkat, tetapi
           yang lebih penting adalah membangun harapan dan keya-
           kinan lokal untuk mengambil keputusan lokal dengan me-
           manfaatkan aset yang dimiliki desa.
              Perencanaan desa  sebagai bentuk  keputusan  lokal itu
           merupakan  jantung kemandirian  desa. Desa mengambil
           keputusan kolektif yang menjadi dasar pijakan bagi eksis-
           tensi desa yang bermanfaat untuk warga. Salah satu kepu-
           tusan penting yang diambil dalam perencanaan desa adalah
           alokasi anggaran, khususnya ADD, yang tidak hanya untuk
           membiayai konsumsi  pemerintah desa, bukan juga hanya
           132                                         REGULASI BARU,DESA BARU
     	
