Page 26 - MAJALAH MERAKIT
P. 26

FEMINISME



     I REMEMBER
     I REMEMBER







     Hello bestie sekarang kita udah di bagian Feminist yaitu identik dengan perempuan.
     Eitss bukan karena ini bahas tentang perempuan para lelaki ga bisa baca juga ya…
     justru ini adalah bagian yang gak kalah penting dari majalah ini
     Oh iya kalian tau gak sih kalo perempuan pada zaman dahulu itu dipandang sebelah mata dan juga dianggap
     remeh. Perempuan dianggap sebagai perhiasan yang cuma disuruh untuk diam, melayani suami, masak, melahirkan
     anak, dan masih banyak lagi.








                                                   Okeyy hal diatas itu memang kodrat nya perempuan, tetapi aku
                                                   sendiri menganggap itu bukanlah hal yang adil. Why kok gak
                                                   adil?

                                                   Nih aku mau kasih salah satu contoh kisah inspiratif tentang Siti
                                                   Sundari.
                                                   Siti sundari siapa sih memang?

                                                   Siti  Sundari  lahir  di  Semarang,  Jawa  Tengah,  25  Agus-
                                                   tus 1905. Ibu Sundari lahir dari keluarga bangsawan Jawa, ia
                                                   menjadi salah satu dari sedikit perempuan Indonesia yang
                                                   dapat menikmati pendidikan Belanda. Setelah tamat seko-
                                                   lah, beliau bekerja sebagai guru di  Kweekschool, Surakarta.
                                                   Ibu Sundari ini salah satu perempuan yang aktif di or-
                                                   ganisasi Jong Java loh, ia juga ikut menghadiri Kongres
                                                   Pemuda  II.  Sundari  menjadi  salah  satu  pembicara  pada
                                                   Kongres tersebut yang membahas beberapa masalah seperti pen-
                                                   didikan, kepanduan, kebudayaan, pengajaran, dan kewanitaan.
                                                   Fyi Dia menyampaikannya menggunakan bahasa Belan-
                                                   da loh temen-temen. Maklum lah selama ini mereka terbiasa
                                                   berbahasa Belanda dan Jawa Krama Inggil, belum menggu-
                                                   nakan Bahasa Indonesia sehari-hari seperti kita sekarang ini
                                                   Namun, pada saat Kongres Perempuan di Yogyakarta tahun 1928,
                                                   untuk pertama kalinya Ibu Sundari menyampaikan pidato yang
                                                   berjudul “Kewajiban dan Tjita-tjita Poetri Indonesia” dengan me-
                                                   makai bahasa Indonesia. Menurutnya, perempuan sudah sepa-
                                                   tutnya mampu menghasilkan kehidupan berbangsa satu melalui
                                                   bahasa Indonesia selayaknya Kongres Pemuda II di Batavia.
                                                   Okey...setelah membaca kisah inspiratif dari Ibu Sundari ini, aku se-
             https://wartafeminis.files.wordpress.com/2009/05/siti-so-  makin yakin kalau perempuan itu bisa. Bisa memimpin, bisa beker-
             endari.jpg
                                                   ja, boleh meraih cita-cita dannn bisa segalanya. Dengan catatan
                                                   tidak melupakan kewajibannya sebagai perempuan lohh ya...
                                                   Semangatt dari aku untuk kita semua!!

     25 - MERAKI[t]
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31