Page 12 - Ratna Komala dan Rumbia Ajaib
P. 12

“Pangeran Johan Syah pun sangat manja dan dekat dengan
            paman perdana menteri. Kedua suami istri perdana menteri itu
            dianggap layaknya seperti orang tua sendiri. Karena pemuda itu
            baru berumur lima belas tahun, Johan Syah menolak dinobatkan

            sebagai pengganti  ayahnya.  Namun,  berkat  bujuk  rayu perdana
            menteri, Johan  Syah  bersedia menjadi raja.  Perdana  menteri
            memberi tahu bahwa pernobatan hanya bersifat simbolis.

                    “Paduka tidak  perlu khawatir, semua persoalan serahkan
            kepada kami yang tua-tua!”

                    Mendengar janji perdana menteri, Raja Johan Syah sangat
            tersentuh hatinya.


                    “Oh, tidak begitu, Paman, meskipun belum berpengalaman
            saya akan ikut bekerja keras. Oleh karena itu, saya mohon Paman
            sudi membimbing saya,” Johan Syah memohon.

                    Mendengar  ucapan  raja  muda  itu,  perdana  menteri
            terharu bercampur bangga. Ia segera memeluk anak yatim piatu
            yang disayangi itu.

                    “Baiklah, Anakku, kau memang putra Raja Bikramasakti

            yang sejati. Aku bangga mendengar pengakuanmu.”

                    Upacara penobatan raja diselenggarakan secara sederhana
            karena suasana negara masih berkabung. Hajatan meriah hanya
            diselenggarakan jika musim panen rakyat tiba, rakyat bersenang-
            senang bersama.

                    Setelah upacara penobatan raja  selesai, beberapa

            punggawa segera mengumumkan hal itu kepada rakyat di
            seluruh pelosok negara. Dengan membawa gong, para punggawa


                                          5
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17