Page 1 - Warta Jemaat 30 april 2023
P. 1

No. 018 Th. XXXIX
       30 April 2023

        “Akulah  gembala  yang  baik.  Gembala  yang  baik  memberikan
          nyawanya  bagi  domba-dombanya;  sedangkan  seorang  upahan
          yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu
          sendiri,  ketika  melihat  serigala  datang,  meninggalkan  domba-
          domba  itu  lalu  lari,  sehingga  serigala  itu  menerkam  dan
         mencerai-beraikan domba-domba itu.”  Yohanes 10: 11-12
       Digembalakan untuk menggembalakan
       Kata Gembala tentunya sudah tidak asing lagi di telinga orang Kristen. Selain karena
       istilah itu disebutkan beberapa kali dalam kitab Perjanjian Lama, kata itu juga dipakai
       oleh  Yesus  untuk  mengumpamakan  dirinya  sebagai  gembala  yang  baik.  Secara
       harafiah dan historis Gembala memiliki arti sebagai penjaga atau si pemberi makan.
       Dalam pengertian teologi, kata penggembalaan memiliki makna pembimbingan atau
       pendampingan.  Tetapi,  dalam  kehidupan  bergereja  pada  saat  ini  seringkali
       penggembalaan  menjadi  sebarisan  kata  yang  tidak  disukai,  bahkan  ditakuti  oleh
       anggota  gereja,  misal:  penggembalaan  khusus.  Tidak  sedikit  anggota  gereja  yang
       beranggapan  bahwa  orang  yang  sedang  mengalami  penggembalaan  khusus  adalah
       orang yang sedang ada masalah bahkan sedang menjalani penghukuman. Padahal di
       dalam kata gembala, penggembalan dan digembalakan terkandung tujuan dan makna
       yang sangat baik, jauh dari konotasi menghakimi atau menghukum, melainkan sebuah
       sikap perhatian dan kepedulian untuk menyadarkan.

       Tuhan  telah  menggembalakan  umat-Nya  Israel  dan  di  dalam  kehidupan  masa  kini
       Tuhan  terus  menggembalakan  kita.  Yesus  pun  memberikan  keteladanan  sebagai
       seorang gembala yang baik. Kini yang perlu kita pelajari adalah bagaimana menjadi
       gembala yang baik bagi satu sama lain. Ada dua hal yang dapat kita lakukan :

       1. SALING  MEMPERHATIKAN.  Memperhatikan  harus  melibatkan  hati,
          mendasarinya  dengan  kerelaan.  Memperhatikan  tanpa  melibatkan  hati  dan
          kerelaan hanya sekedar melihat. Memperhatikan lebih dari sekedar kepo, apalagi
          bila  hanya  untuk  sekedar  mencari-cari.  Seseorang  yang  memperhatian  akan
          memberikan solusi dan bukan sekedar mengkritisi atau menganalisis.
       2. SALING  MERAWAT.  Tugas  merawat  tidak  melulu  bagi  mereka  yang
          menyandang  jabatan  gerejawi.  Merawat  sesama  bisa  dilakukan  melalui  hal-hal
          kecil. Menjadi pendengar yang baik, pemberi masukan yang membangun bukan
          menghancurkan,  mengajak  mereka  terlibat  dalam  persekutuan,  pelayanan  dan
          kesaksian.

       Mari kita saling menggembalakan!                                  (TS)
   1   2   3   4   5   6