Page 3 - pemetaan kcb candi abang andro
P. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang banyak
memiliki situs dan bangunan bersejarah. Beberapa di antaranya telah
ditetapkan menjadi Cagar Budaya, baik oleh pemerintah Kabupaten, Provinsi,
atau Nasional. Namun demikian, masih banyak situs dan bangunan yang
belum ditetapkan menjadi cagar budaya, bahkan belum teridentifikasi. Dalam
upaya untuk mendapatkan informasi keberadaan situs dan bangunan yang
memiliki nilai sejarah tersebut maka perlu dilakukan survei dan pemetaan
Kawasan Cagar Budaya (KCB).
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 186 Tahun 2011, Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan saat ini
memiliki 6 (enam) kawasan yang sudah ditetapkan menjadi KCB. Masih
banyak kawasan lain yang berpotensi menjadi KCB yang belum terdata dan
terpetakan. Selain untuk mengetahui sebaran keruangan situs dan bangunan
cagar budaya, pemetaan KCB juga dimaksudkan untuk menentukan batas –
batas areal yang dibutuhkan dalam rangka menyatakan eksistensi kepentingan
pelestarian. Pertimbangannya di antaranya adalah dukungan keruangan untuk
kepentingan pemanfaatan Cagar Budaya berwawasan pelestarian yang
dikaitkan dengan kepentingan lainnya. Diharapkan, terbentuk tata keruangan
di kawasan Cagar Budaya yang mengakomodir berbagai kepentingan yang
tidak saling tumpang tindih, bahkan akan saling mendukung.
Selain 6 kawasan yang sudah ditetapkan menjadi KCB, di sisi timur
provinsi D.I. Yogyakarta, tepatnya di wilayah Prambanan dan sekitarnya, telah
1
Balai Pelestarian Cagar Budaya
D.I. Yogyakarta