Page 156 - FIKIH_MA_KELAS XI_KSKK_2020
P. 156

WAWASAN LAIN




                      Mengapa hak menjatuhkan talak hanya diberikan kepada oleh laki-laki?

                              Talak  menjadi  hak  bagi  laki-laki  bukan  di  tangan  perempuan  meskipun  dia  adalah

                      pasangan  dalam  akad  untuk  menjaga  perkawinan,  serta  untuk  menilai  berbagai  bahaya
                      pengakhiran perkawinan dengan cara yang cepat dan tidak terkontrol. Hal itu karena laki-laki
                      yang  membayar  mahar dan yang  memberikan nafkah kepada istri dan rumah  biasanya lebih

                      memperhatikan konsekuensi berbagai perkara, dan lebih jauh dari sikap kesembronoan dalam
                      tindakan  yang  bisa  memberikan  keburukan  yang  besar  baginya.  Oleh  karena  itu,  dia  lebih

                      berhak untuk menjatuhkan talak karena dua perkara:
                              Pertama,  sesungguhnya  perempuan  biasanya  lebih  terpengaruh  dengan  perasaan

                      dibandingkan laki-laki. Jika dia memiliki hak untuk mentalak, maka bisa jadi dia jatuhkan talak
                      dengan sebab yang sederhana yang tidak perlu membuat hancurkan kehidupan perkawinan.
                              Kedua, talak diikuti dengan berbagai perkara keuangan yang terdiri dari pembayaran

                      mahar yang ditangguhkan, nafkah iddah, dan mut'ah. Beban keuangan ini dapat membuat laki-
                      laki  berhati-hati  dalam  menjatuhkan  talak.  Demi  maslahat  dan  kebaikan,  talak  diletakkan  di

                      tangan orang yang lebih kuat dalam menjaga perkawinan.
                              Sedangkan perempuan tidak dirugikan secara materi dengan talak, maka terkadang ada
                      yang tidak bersikap hati-hati untuk menjatuhkannya  karena mudahnya  terpengaruh emosi.

                      Kemudian, seorang perempuan menerima perkawinan yang berlandaskan talak berada di tangan
                      laki-laki, dan dia bisa saja memberikan syarat talak berada di tangannya jika si laki-laki merasa

                      rela  semenjak  permulaan  akad.  Dia  juga  berhak  untuk  membuat  rugi  si  suami  dengan  cara
                      menghentikan  perkawinan  melalui  mengeluarkan  sedikit  hartanya  dengan  cara  khulu'  atau
                      dengan  cara  fasakh  terhadap  perkawinan  yang  dilakukan  oleh  qadhi  akibat  adanya  penyakit

                      yang  membuat  si  istri  menjauh,  atau  akibat  buruknya  perlakuan  dan  keburukan,  atau  akibat
                      kepergian si suami atau tertawannya si suami, atau akibat tidak adanya nafkah.

                              Seruan untuk menjadikan talak berada di tangan qadhi (hakim), tidak memiliki faidah
                      karena  hal  ini  bertentangan  dengan  ketetapan  syariat.  Karena  laki-laki  memiliki  keyakinan
                      secara  agama  bahwa  ini  adalah  haknya.  Jika  talak  diiatuhkan,  terjadi  pengharaman  tanpa

                      menunggu keputusan qadhi (hakim).
                              Hal itu juga bukan merupakan maslahat si perempuan itu sendiri karena talak bisa saja

                      terjadi akibat berbagai sebab yang bersifat rahasia yang tidak baik jika disebarkan. Jika talak
                      berada  di  tangan  qadhi,  maka  terbongkar  rahasia  kehidupan  suami-istri  dengan  tersebarnya
                      hukum,  dan  direkamnya  berbagai  sebabnya  dalam  catatan  pengadilan.  Bisa  jadi  sulit  untuk

                      menetapkan  sebab  karena  ketidaksukaan  yang  bersifat  alami,  dan  berbedanya  akhlak  antara
                      suami-istri. (Fiqh al-Islam wa Adillatuhu)











                   142   FIKIH MA PEMINATAN IPA, IPS, BAHASA & MA KEJURUAN KELAS XI
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161