Page 76 - FIKIH_MA_KELAS XI_KSKK_2020
P. 76
bahkan terdapat indikasi melawan negara dalam hal ini membrontak (bughat) terhadap
pemerintahan yang sah berdasarkan konstitusi.
Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas tentang bagaimana pandangan fikih
terhadap pelaku bughat (pemberontak). Lalu apa dampak negatif dari adanya bughat,
serta hikmah dibalik pemberian hukuman pelaku bughat.
Coba perhatikan berita-berita atau informasi lainnya yang ada disekeliling kita!
1. Sebutkan contoh-contoh kasus yang temasuk kategori tindakan bughat
(pemberontakan) !, contoh dapat dicari dalam sejarah Indonesia sampai
sekarang
2. Kemudian setelah contoh-contoh diatas didapatkan, berikan alasan masing-
masing berdasarkan info/berita diatas mengapa tindakan bughat tersebut
dilakukan?
A. BUGHAT
1. Pengertian bughat
Secara terminologi kata “bughat/ ةاَغُب ” adalah bentuk jamak dari يِغاَبلَا
yang merupakan isim fail (kata benda yang menunjukkan pelaku), berasal dari kata
( ىغَب fi’il madi), ( يِغْبی fi’il mudari’) dan ( –ةَیْغُب – اًیْغَب mashdar). Kata ىغَب
َّ
َ َ
mempunyai banyak makna, antara lain (بلط mencari, menuntut), مِلاظل ا orang yang
َّ
ْ
ْ
berbuat zalim), ( يِدَتْعُملَا orang yang melampaui batas), atau (يِلْعَتْسُملا مِلاظلَا orang
ُ
yang berbuat zalim dan menyombongkan diri).
Al-Zamakhsyari mendefinisikan kata al-baghyu yang merupakan bentuk
mashdar dari kata al-bughat dengan melampaui batas, perbuatan zalim, dan menolak
perdamaian. Ibnu Katsir mendefinisikan al-Baghyu dengan menolak kebenaran dan
merendahkan atau menganggap remeh kepada manusia lainnya, permusuhan terhadap
manusia.
62 FIKIH MA PEMINATAN IPA, IPS, BAHASA & MA KEJURUAN KELAS XI

