Page 3 - Modul Seni Budaya Kelas XI
P. 3
Kata Pengantar
Proses globalisasi yang sedang dan sudah berlangsung dewasa ini secara faktual telah menjangkau
kawasan budaya di seluruh dunia sebagai satu kesatuan wilayah hunian manusia dengan kriteria dan ukuran
yang relatif sama dan satu. Budaya global yang relatif telah menjadi ukuran dan menandai konstelasi dunia
dewasa ini, yaitu karakteristik budaya yang berorientasi pada nilai-nilai ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang bersumber dari pemikiran rasional silogistis Barat. Proses tersebut mengakibatkan terjadinya tarik
menarik antara kekuatan global disatu sisi dan pertahanan lokal di sisi lainnya. Dalam hal ini antara proses
globalisasi yang berorientasi dan tunduk pada sistem dan semangat ilmu pengetahuan dan teknologi Barat
versus pelokalan yang pada umumnya justru sebaliknya. Batas antara keduanya memang tidak pernah dapat
diambil secara tegas hitam-putih. Roberston (1990) menggambarkannya sebagai the global instutuationalization
of life-world and the lokalization of globality.
Berbagai upaya kompromistis dilakukan agar masyarakat memiliki kekuatan untuk berada di kedua
posisi sekaligus untuk berada pada titik keseimbangan antara kedua posisi tersebut. Berbagai upaya dilakukan
untuk membangkitkan dan memberdayakan system indigenous knowledge, indigenous technology, indigenous
art, indigenous wisdom, yang biasanya kurang atau tidak ilmiah tetapi justru kaya atau kental kandungan nilai
etika dan estetika yang berakar pada budaya masyarakat pendukungnya. Pengkajian terhadap pengetahuan
lokal secara ilmiah akan memperkaya pengetahuan dengan derajat kandungan nilai-nilai humanitas yang
relatif tinggi.
Di tengah pusaran pengaruh hegemoni global tersebut, fenomena di bidang pendidikan yang terjadi
juga telah membuat lembaga pendidikan serasa kehilangan ruang gerak. Selain itu, juga membuat semakin
menipisnya pemahaman siswa tentang sejarah lokal serta tradisi budaya di lingkungannya. Padahal, dari
perspektif kultural tidak dapat disangkal Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan lokal yang luar biasa.
Junus Melalatoa (1995) telah mencatat, sekurang-kurangnya 540 suku bangsa di Indonesia yang masing-
masing memiliki dan mengembangkan tradisi atau pola kebudayaan lokal yang saling berbeda. Dalam pada
itu pola-pola kebudayaan tersebut juga berubah sebagai reaksi terhadap dominannya pengaruh budaya global.
Reaksi balik tersebut bukan untuk melawan tetapi mencari titik temu dalam rangka menjaga eksistensi dan
identitas kelompok dan kebudayaan lokal mereka. Salah satu upaya untuk menjaga eksistensi dan penguatan
budaya, dilaksanakan melalui pendidikan seni yang syarat dengan muatan nilai kearifan lokal dan penguatan
karakter bangsa. Sudah tentu sebagai suatu proses pendidikan dilaksanakan secara sistemik yang berlangsung
secara bertahap berkesinambungan dalam situasi dan kondisi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Oleh sebab itu, tidaklah salah jika pendidikan merupakan salah satu arah dari Millennium Development Goals
(MDGs). (www.unmillenniumproject.org/goals & https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan)
Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia muda pada dasarnya merupakan aktivitas
menyiapkan kehidupan baik perorangan, masyarakat, maupun suatu bangsa menuju kehidupan yang lebih
baik. Untuk menuju kehidupan yang lebih baik di era globalisasi dan menyiapkan generasi emas Indonesia di
tahun 2040, pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal sebagai penanaman nilai dan ketahanan budaya
bangsa sangat diperlukan. Penanaman nilai di kalangan generasi muda saat ini dipandang penting mengingat
tantangan yang dihadapi mereka di masa depan sangat berat, terutama berkaitan dengan pergeseran nilai
yang akan, sedang, dan sudah terjadi baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Terkait hal tersebut, kiranya diperlukan materi bahan ajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan
pendidikan bagi generasi muda yang sedang mengarungi masa globalisasi, agar memiliki pegangan hidup
dalam bermasyarakat dan bernegara dalam lingkungan lokal maupun global. Buku ini menawarkan berbagai
contoh metode dan pendekatan pendidikan seni (rupa, musik, tari, teater) Indonesia berbasis Kurtilas.
Walaupun belum sempurna, harapan kami semoga buku ini menjadi pelita di tengah gulita.
Penulis
Tati Narawati
Sem Cornelius
Siswandi
Jose Rizal Manua
SENI BUDAYA iii