Page 115 - Kelas X Bahasa Indonesia BS press
P. 115
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut,
taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun.
Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh
hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan
saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada
Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu
sebuah mahligai. Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang
tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar
orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan
ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang
itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh
Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan
suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-
dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu.
Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun
duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri
dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya.
Ia sampai di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang
ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi
neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan sedang berada di
negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan
putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu
akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah
mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu
akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya
itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu
sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak
mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi.
“Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan
menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil
seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada
pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya
dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Bahasa Indonesia 109