Page 40 - E-modul Fisika Berbasis Discovery Learning Pada Materi Gerlombang Berjalan dan Stasioner_Neat
P. 40

E-Modul Fisika Berbasis Discovery Learning
                                                                  Untuk Kelas XI SMA/MA




                     Gelombang stasioner merupakan hasil superposisi dua buah gelombang yang
             koherens dengan arah rambat yang berlawanan. Salah satu cara untuk mendapatkan
             gelombang  stasioner  adalah  dengan  mensuperposisikan  gelombang  asal  dengan
             gelombang pantulnya. Misal: gelombang pada tali yang salah satu ujungnya diikatkan

             pada tiang dan ujung yang lain digetarkan terus menerus.
             Gelombang  stasioner  ini  dikenal  juga  dengan  nama  gelombang  berdiri  atau
             gelombang tegak. Gelombang stasioner ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar
             yaitu:

             a. Gelombang stationer yang diakibatkan oleh pemantulan di ujung terikat
             b. Gelombang stasioner dengan ujung bebas















                                  Gambar 2.1. Gelombang Stasioner

             Gelombang stasioner dapat terbentuk karena:
             1) Dua gelombang koheren bergerak berlawanan arah di sekitar titik kesetimbangan.
             2) Sebuah gelombang mengalami refleksi (pemantulan).
             Gelombang  stasioner  memiliki  simpangan  stasioner,  amplitudo  stasioner,  simpul  dan

             perut.
             Cepat  rambat  gelombang  stasioner  dipengaruhi  oleh  keadaan  medium  rambat
             gelombang.  Cepat rambat gelombang stasioner dapat dirumuskan:






             Keterangan :
             v = cepat rambat gel (m/s)
             F = gaya tegangan tali (N)

             μ = massa jenis tali (kg/m)
             m = massa tali (kg)
             L = panjang tali (m)

             Refleksi atau pemantulan terjadi karena adanya perubahan keadaan medium rambat
             gelombang mekanik.
             Refleksi gelombang mekanik akan menghasilkan sebuah gelombang stasioner






                                                                                                                26
       gelombang stasioner
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45