Page 7 - Sam Poo Kong Warisan Budaya Nasional sebagai Wisata Religi di Semarang
P. 7
َ
ﱠ
َ
َ
َ
َ
َ َ
َ َ َ
ﺎﺒﺗﻻو اوﺮَﺑ اَﺪﺗﻻو اﻮُﻌﻃ ﺎﻘﺗﻻ :ﻢﻠﺳو ِﻪﻴﻠﻋ ُﷲ ﲆﺻ ِﷲ ُلﻮﺳر َ لﺎﻗ : َ لﺎﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲ ﻰ ِ ﺿر ٍﺲﻧأ ْ ﻦَﻋو
َ
َ
ُ َ
َ
َ
ُ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ً
ُ ُ
ُ
َ َ
َ
َ
ْ
ٌ
ِﻪﻴﻠَﻋ ﻖﻔﱠﺘﻣ . ٍ ثﻼﺛ قﻮﻓ ُهﺎَﺧأ ﺮﺠ ْ ﻬَﻳ ْ نأ ٍﻢِﻠﺴﻤﻟ ﱡﻞِﺤَﻳﻻو ، ﺎﻧاﻮﺧإ ِﷲ َدﺎﺒِﻋاﻮﻧﻮﻛو ،اوُﺪﺳ ﺎﺤﺗﻻو اﻮﻀﻏ
ِ
ُ
ْ ُ
َ
َ
َ
َ
ْ
َ ُ
َ
َ
ْ
َ
Artinya: “Dari Anas ra, dia berkata, ‘Rasulullah saw bersabda, ‘Jangan putus-memutus
hubungan, jangan belakang-membelakangi, jangan benci-membenci, dan jangan hasud
menghasud. Jadilah kamu hamba Allah sebagai saudara, dan tidak dihalalkan bagi seorang
Muslim mendiami saudara sesama Muslimnya lebih dari tiga hari.’” (HR. Bukhari & Muslim)
Toleransi diperlukan dalam segala bidang kehidupan manusia [3]. Sikap toleransi menjadi
fokus utama dalam membangun pariwisata, terutama di Klenteng Sam Poo Kong. Klenteng
ini memiliki tujuan yang sama untuk mempererat persaudaraan dan menciptakan kerukunan
antar umat beragama, seperti yang telah dibangun sejak berabad-abad yang lalu. Wisata religi
sendiri memiliki makna sebagai kunjungan ke tempat-tempat yang memiliki signifikansi
khusus, seperti masjid, makam, atau candi.