Page 12 - e-lkpd asam basa terintegrasi etnosains
P. 12
Tinjauan Etnosains
MENYIRIH
Orientasi Masalah
Bacalah artikel berikut dengan seksama!
Kebiasaan menyirih merupakan suatu tradisi
turun-temurun yang telah berlangsung semenjak
berabad-abad yang lalu dan sulit untuk
ditinggalkan. Kebiasaan unik ini menjadi sangat
populer dikalangan masyarakat karena memiliki
arti dan makna tertentu yang dapat terintegrasi Gambar 1. Bahan-bahan menyirih
dalam kehidupan sosial budaya suatu komunitas. Sumber : google.com
Provinsi Jambi merupakan tempat penyebaran pinang terbesar di Indonesia. Pinang yang
berada di Provinsi Jambi merupakan salah satu Pinang terbaik di dunia yang memiliki
kadar air rendah dibawah 6%. Salah satu pemanfaatan pinang secara tradisional yaitu
untuk mengobati bisul, diare, disentri, hidung berdarah (mimisan), cacingan dan malaria.
Selainitu kulit buah pinang juga digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan
(dispepsia), edema dan beri-beri karena urine yang sedikit. Pengunaan yang paling populer
pada buah pinang adalah, daun sirih dan kapur yang digunakan untuk bahan campuran
menyirih. Menyirih atau menginang adalah kegiatan mengunyah daun sirih dengan atau
tanpa bahan tambahan lainnya. Bahan utama menginang adalah buah pinang, daun sirih,
kapur, gambir dan tembakau. Bahan tambahan menginang dapat berbeda setiap wilayah,
bahan tambahan yang biasa digunakan adalah heruk nipis, kelapa parut mint, kapulaga,
cengkeh, aroma dan stimulaant. Bahan menyirih akan disuguhkan kepada tamu pada acara
yang bersifat kekeluargaan atau acara adat. Kapur sirih dalam menginang tidak boleh
digunakan secara berlebihan karena kapur sirih mengandung kalsium hidroksida dengan
rumus kimianya yaitu yang merupakan basa kuat sebab memiliki pH yang tinggi
sekitar 11-12,5.
e-LKPD Etnosains 9