Page 48 - Fondasi Keluarga Sakinah.pdf
P. 48
Bacaan Mandiri Calon Pengantin
Persetujuan Kedua Mempelai
Dalam Islam, pernikahan hanya boleh terjadi jika kedua
mempelai sama-sama memiliki kemauan untuk menjadi
pasangan suami istri. Dalam bahasa fikih, kerelaan satu sama lain
disebut tarāḍin.
Terkadang, ada kasus saat urusan kerelaan calon laki-laki dan
calon perempuan ini berbenturan dengan kewenangan wali pihak
perempuan. Misalnya, orang tua atau wali pihak perempuan
merasa berhak menjodohkan gadis yang berada dalam
perwaliannya kepada seseorang tanpa meminta kerelaan anak
perempuan tersebut. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan
wali, bagaimana kewenangannya, dan bagaimana hubungannya
dengan konsep ijbār dalam perwalian?
Dari segi bahasa, kata wālī yang berasal dari bahasa arab berarti
penolong atau pelindung atau penanggung jawab. Jadi,
keberadaan wali adalah untuk memastikan kebaikan dan
menjauhkan keburukan bagi anak perempuan dalam urusan
pernikahan ini. Dengan kata lain, keberadaan wali berguna untuk
memberi restu, memberkati dan memastikan pihak perempuan
memperoleh haknya. Sedangkan dalam konteks akad nikah,
keberadaan wali dari pihak perempuan merupakan syarat sahnya
sebuah pernikahan.
Kesimpulannya, wali seharusnya menjadi pelindung bagi
kepentingan dan kebaikan pihak perempuan, memastikan pihak
perempuan memperoleh haknya sebagai pihak yang dilamar serta
sebagai “penyaring” kepantasan dan kualitas calon pengantin pria
yang hendak melamar. Jika si anak perempuan sudah mantap
untuk menerima seorang pria menjadi calon suami, wali tidak
diperkenankan untuk bertindak di luar batas kemaslahatan,
apalagi menghalangi proses usaha saling mengenal yang baik itu.
43