Page 89 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 89

Kebijakan Pemerintah sebagaimana tertuang dalam UU
            Nomor 5 Tahun 1979 tersebut, dengan berjalannya Era Reformasi
            yang tertuang dalam UU Nomor 22  Tahun 1999 yang kemudian
            di gantikan dengan UU Nomolr 32 Tahun 2004 jo. Perpu Nomor
            3  Tahun 2005 dilakukan peninjauan kembali mengenai eksistensi
            desa. Wujud otonomi desa yang partisipatif tersebut tercermin dalam:
            Pertama, Pasal 200, ayat (1) yaitu Susunan Pemerintahan Desa yang
            terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
            [Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebutan nama
            Badan Perwakilan Desa sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor
            10 Tahun 2004 tentang Pemnentukan Peraturan :Perundang-
            undangan];  Kedua,  Pasal  200  ayat  (2)  dan  ayat  (3)  yaitu  bahwa
            pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan desa dengan
            memperhatikan asal-usulnya atas prakarsa masyarakat, termasuk dalam
            hal ini perubahan status desa menjadi Kalurahan didasarkan pada usul
            dan prakarsa pemerintah desa dan badan permusayawaratan desa;
            Ketiga, Pasal 203 ayat (1) yang menyatakan bahwa Kepala Desa dipilih
            lansung oleh dan dari penduduk desa warga negara RI yang memenuhi
            syarat; Keempat, Pasal 203 ayat (3) pengakuan eksistensi/keberadaan
            masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
            masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan “hukum
            adat setempat” yang ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman
            pada Peraturan Pemerintah; Kelima, Pasal 206 huruf a yang berkaitan
            dengan kewenangan desa salah satunya didasarkan pada urusan
            pemerintahan yang sudah ada sesuai asal-usul desa; Keenam, Pasal 209
            ayat (1) tentang keanggotaan BPD disyaratkan wakil dari penduduk
            desa bersangkutan yang ditetapkan dengan musyawarah dan mufakat;
            Ketujuh, Pasal 215 ayat (1) berkaitan dengan pembangunan kawasan
            perdesaan baik yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau
            pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan BPD; Kedelapan,
            Pasal 216 yang mengisyaratkan bahwa pengaturan tentang desa yang
            akan dituangkan dalam Perda wajib mengakui dan menghormati hak,
            asasl-usul, dan adat istiadat desa Kemudian dengan dikeluarkannya PP




                                          74
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94