Page 25 - skripsi antropologi sastra
P. 25

12







                            Sistem  keyakinan  dan  keagamaan  menurut  Koentjaraningrat  dapat  berwujud


                        pada  pikiran  manusia,  yang  menyangkut  keyakinan  dan  konsepsi  manusia  tentang

                        sifat  Tuhan,  tentang  wujud  alam  gaib,  tentang  terjadinya  alam  dan  dunia,  tentang

                        zaman akhirat, tentang wujud dan ciri kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam,


                        dewa-dewa,  roh  jahat,  hantu,  dan  makhluk  halus  lainnya.  Kecuali  dari  itu,  sistem


                        keyakinan juga menyangkut  sistem nilai  dari sistem  keagamaan, ajaran kesusilaan,

                        dan ajaran religi lainnya yang mengatur tingkah laku manusia.

                            Upacara  keagamaan  menurut  Koentjaraningrat  dapat  berwujud  aktivitas  atau


                        tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian terhadap Tuhan, dewa, roh nenek

                        moyang,  dan  makhluk  lainnya  dalam  upaya  berkomunikasi  dengan  Tuhan  atau


                        penghuni alam gaib lainnya. Hal ini biasanya dilakukan berulang-ulang, baik setiap

                        hari, setiap musim, atau hanya kadang-kadang saja. Berdasarkan isi acaranya, hal ini


                        biasanya terdiri dari suatu kombinasi  yang merangkai satu  atau beberapa tindakan,

                        seperti:  berdoa,  bersujud,  bersaji,  berkorban,  makan  bersama,  menari,  bernyanyi,

                        berprosesi, seni drama suci, berpuasa, bertapa, bersemi dan sebagainya.


                            Selanjutnya  dikatakan  oleh  Koentjaraningrat  bahwa  di  dalam  hal  ini  biasanya

                        digunakan  berbagai  sarana  atau  peralatan,  seperti  :  tempat  atau  gedung  pemujaan


                        (masjid, langgar, gereja, pagoda, stupa), patung dewa, patung orang suci, alat bunyi-

                        bunyian suci (bedug, gong, seuling, gamelan, lonceng, dan lain-lain).


                            Kelompok  keagamaan  menurut  Koentjaraningrat  (2000:  82)  merupakan  suatu

                        kesatuan sosial yang berwujud sebagai: 1)  Keluarga inti atau kelompok kekerabatan
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30