Page 50 - SKI_Revisi Kls 9
P. 50

masa Sultan Agung. Pengaruh Mataram memudar setelah Sultan Agung meninggal

                         pada tahun 1645.

                     c.  Kerajaan Islam Cirebon
                         Asal-usul nama Cirebon terdapat dua pendapat. Pertama, menurut Babad Cirebon

                         disebutkan  bahwa  Cirebon  berasal  dari  kata  ci  dan  rebon  (udang  kecil).  Nama

                         tersebut  berkaitan  dengan  kegiatan  para  nelayan  di  Muara  Jati,  Dukuh
                         Pasambangan,  yaitu  membuat  terasi  dari  udang  kecil  (rebon).  Kedua,  versi  lain

                         yang  diambil  dari  kitab  Nagarakertabhumi  menyatakan  bahwa  Cirebon  adalah
                         perkembangan  dari  kata  “caruban”  yang  berasal  dari  istilah  “sarumban”  yang

                         berarti  pusat  percampuran  penduduk.  Pendiri  Kerajaan  Cirebon  adalah
                         Walangsungsang.  Namun,  tokoh  yang  berhasil  meningkatkan  statusnya  menjadi

                         sebuah  kerajaan  adalah  Syarif  Hidayatullah  (Sunan  Gunung  Jati).  Ia  merupakan

                         keponakan  sekaligus  menggantikan  Pangeran  Cakrabuana  sebagai  Penguasa
                         Cirebon.  Dialah  pendiri  dinasti  raja-raja  Cirebon  dan  kemudian  juga  Banten.

                         Sepeninggal Fatahillah, karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, tahta
                         kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas, yaitu putra tertua Pangeran Dipati Carbon

                         atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu
                         I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649.

                         Saat kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Cirebon dibagi dua, yaitu

                         Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton
                         Kasepuhan  dan  memerintah  hingga  tahun  1703.  Adapun  Pangeran  Kartawijaya

                         diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.

                     d.  Kerajaan Islam Banten
                         Pada awalnya, kawasan Banten yang dikenal pula dengan sebutan Banten Girang

                         merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di
                         bawah  pimpinan  Maulana  Hasanuddin  ke  kawasan  tersebut,  selain  untuk

                         memperluas wilayah juga sekaligus menyebarkan dakwah Islam. Kemudian, dipicu
                         oleh adanya kerja sama Sunda-Portugis dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini

                         dianggap  dapat  membahayakan  kedudukan  Kerajaan  Demak  selepas  kegagalan

                         mereka  mengusir  Portugis  dari  Malaka  tahun  1513.  Atas  perintah  Sultan
                         Trenggono, Maulana Hasanuddin bersama Fatahillah melakukan penyerangan dan

                         penaklukan  Pelabuhan  Kelapa  sekitar  tahun  1527  di  mana  waktu  itu  masih
                         merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Masa Sultan Ageng Tirtayasa

                         bertahta  (1651‒1682)  dipandang  sebagai  periode  kejayaan  Banten.  Di  bawah
                         kekuasaannya, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun berdasarkan



                  34 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55