Page 63 - E-MODUL INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
P. 63
Populasi serangga menurun secara drastis di seluruh dunia karena penggunaan
pestisida dan faktor-faktor lain. Menurut beberapa ilmuwan, fenomena ini potensial
berefek menjadi
bencana pada rantai makanan kita. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam
Journal Biological Conservation menjelaskan, lebih dari 40 persen spesies serangga
dapat punah dalam beberapa dekade mendatang. Sementara itu, bioma serangga
menurun sebanyak 2,5 persen setahun. Keadaan in mengindikasikan kepunahan ras
dalam satu abad. Selain 40 persen berisiko mati, sepertiga spesies terancam punah.
Berdasarkan persentase penurunan populasi serangga dalam satu dekade terakhir
yaitu kupu - kupu sebesar 25 %, kumbang 23 %, lebah 22%, capung 18% dan lalat
12%. Jumlah ini dapat menyebabkan keruntuhan ekosistem planet ini dengan
dampak bisa memicu kehancuran kehidupan di Bumi.
Para peneliti memeriksa alasan di balik penurunan jumlah serangga ini untuk
menghasilkan gambaran besarnya. Hasilnya, sangat mengkhawatirkan. Francisco
Sanchez-Bayo, dari School of Life and Environmental Sciences di University of
Sydney, menyebut studi in sebagai ujian global pertama yang benar-benar
memerinci masalah ini. Dulu, fokus penelitian masih pada penurunan
keanekaragaman hayati hewan vertebrata, dan penelitian in menekankan
pentingnya kehidupan serangga pada ekosistem yang saling berhubungan dan rantai
makanan. Serangga bahkan menjadi rantai paling dasar pada sekitar 70 persen dari
semua spesies hewan. Dampak kepunahan serangga akan menjadi malapetaka
besar. Hal ini mengingat serangga berada di basis struktural dan fungsional dari
banyak ekosistem dunia sejak kemunculannya hampir 400 juta tahun yang lalu.
Penyebab utama penurunan ini termasuk hilangnya habitat mereka akibat konversi
63