Page 229 - Bahasa_Indonesia_BS_KLS_X_Rev
P. 229
Puncak karier W.R. Soepratman terjadi saat kepindahannya dari
Makassar ke Bandung. Ia memulai karier sebagai jurnalistik dengan
menjadi wartawan di surat kabar Kaoem Moeda pada tahun 1924. Ia
kemudian pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan pada Surat Kabar Sin
Po pada tahun 1925. Sejak itu, ia aktif menghadiri rapat-rapat organisasi
pemuda dan partai politik yang diadakan di Gedung Pertemuan Batavia.
Sejak saat itulah W.R. Soepratman berkenalan dengan tokoh-tokoh
pergerakan.
Dalam pelaksanaan kongres Pemuda II, tanggal 27-28 Oktober 1928,
W.R. Soepratman ikut terlibat dalam menciptakan lagu kebangsaan
negara Republik Indonesia. Saat itulah, untuk kali pertama lagu
Indonesia Raya diperdengarkan dengan iringan gesekan biolanya di
depan seluruh peserta kongres sebelum dibacakannya Putusan Kongres
Pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Setelah Kongres Pemuda II, kehidupan W.R. Soepratman tidak lagi
tenang karena dimata-matai oleh polisi Belanda. Penyebabnya adalah
kata “Merdeka, Merdeka” pada lagu karangannya itu. Pada tahun 1930,
Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat Indonesia menyanyikan
lagu Indonesia Raya di depan umum.
Tahun 1933—1937, ia pindah dari Jakarta ke Cimahi, lalu ke Pemalang.
Hingga bulan April 1937, ia dibawa kakaknya, Ny. Rukiyem Supratiyah,
ke Surabaya dalam keadaan sakit. Kedatangan W.R. Soepratman di
Surabaya segera diketahui teman-teman seperjuangannya. Mereka
datang menjenguknya yang masih lemah setelah sakit.
Tanggal tanggal 7 Agustus 1938, W.R. Soepratman ditangkap Belanda
di studio Radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Jalan
Embong Malang Surabaya, lantaran lagunya yang berjudul “Matahari
Terbit” dinyanyikan pandu-pandu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di
radio tersebut dan dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang.
Ia sempat ditahan, kemudian dilepaskan setelah Belanda tidak dapat
menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada Jepang.
Kondisi kesehatannya pun makin menurun. Pada 17 Agustus 1938
(Rabu Wage), W.R. Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga 21
Tambak Sari, Surabaya karena gangguan jantung yang dideritanya.
Almarhum dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan, Jalan Tambak
Segaran Wetan, Surabaya.
(Sumber: Kemendikbud.go.id, 2020, dengan pengubahan seperlunya)
Bab V | Memetik Keteladanan dari Biograi Tokoh Inspiratif 213