Page 10 - Katalog Qantara
P. 10

Sang                                                                                                   Ken Angrok


               Brahmaputra







                                                                                                   Pada akhir abad ke-12, saat kecamuk antara Janggala dan
                                                                                                   Panjalu memuncak, lahir seorang anak dari wanita sudra
                                                                                                   cantik di Pangkur, Tumapêl. Anak itu bernama Angrok, le-
                                                                                                   luhur kerajaan Singhasari dan Majapahit. Sejak dalam kan-

                                                                                                   dungan, kehadirannya telah memakan korban. Gajahpara
                                                                                                   sang ayah tiri mati terbunuh. Semakin diyakinilah bahwa
                                                                                                   Angrok adalah lêmbu pêtêng: sosok berdarah ksatria beribu

                                                                                                   sudra, tanpa diketahui khalayak siapa rama ksatrianya.

                                                                                                   Ketika lahir, Angrok memiliki toh di perut, ciri yang juga
                                                                                                   dimiliki sang mendiang ayah tiri. Tak ingin ditumpas oleh
                                                                                                   sang rama, Ni Êndhog, sang biyang, membuang Angrok di

                                                                                                   pekuburan anak Kabalon. Jabang bayi itu kemudian dite-
                                                                                                   mukan oleh Ki Lembong, seorang pencuri yang kebetulan
                                                                                                   sedang beraksi di kabuyutan yang menjadi pusat kerajinan
                                                                                                   emas tersebut. Di tangan pencuri yang kemu-dian beralih
                                                                                                   profesi menjadi petani inilah Angrok dirawat, dibesarkan,

                                                                                                   dilatih kanuragan, dan sekaligus dirahasiakan jati dirinya.

                                                                                                   Menginjak dewasa, Angrok berkelana tak menentu. Dia
                                                                                                   bertemu dan berguru tanpa sengaja kepada sejumlah tokoh

                                                                                                   dan seorang resi. Dalam pengelanaan itulah keterampilan
                                                                                                   ksatrianya  terasah,  jiwa  kepemimpinannya  ditempa,  dan
                                                                                                   tujuan hidupnya berarah.

                                                                                                   Inilah kisah sejarah bertabur tata sosial, spiritual, dan susi-

                                                                                                   la tanah jawa sembilan abad silam. Ada banyak keanehan,
                                                                                                   tabu, dan kontroversi yang secara tak terhindarkan akan
                                                                                                   Anda temukan. Tetapi, kesemuanya itu adalah bagian dari
                                                                                                   daging sejarah yang harus dikunyah demi lebih memahami

                                                                                                   kebudayaan Jawa. Kebudayaan terbesar yang dianut oleh
                                                                                                   rakyat di negeri ini.





                                                        9786239043643 | Damar Shashangka


                                Soft Cover | Book Paper | 15 x 23 cm | 608 hal | November 2019

                                                                                 Rp 145.000
   5   6   7   8   9   10   11   12   13