Page 109 - S Pelabuhan 15.indd
P. 109

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            Tua (Ambary 1979, 13). Panelitian ini kemu dian dilanjutkan kembali pada tahun

            1995-1999 oleh sebuah tim gabungan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan École
            française d’Extrême-Orient. Dalam pembicaraan ini, situs yang dikemukakan adalah
            Situs Lobu Tua karena ada kaitannya dengan keberadaan komunitas Tamil di Barus.


            Situs Lobu Tua letaknya sekitar 15 km menuju arah baratlaut dari Barus, di antara
            dua sungai, Aek Busuk di utara dan Aek Maca di selatan. Berdasarkan kontur
            rupabuminya, situs ini dapat dibedakan men jadi dua bagian yang dibatasi oleh tebing

            setinggi 20 meter. Ke dua bagian itu adalah daerah dataran rendah yang letaknya di
            tepi laut selebar 1 km, dan datar an yang agak tinggi yang letaknya agak ke pedalaman.
            Dari Situs Lobu Tua pada tahun 1892 ditemukan sebuah prasasti batu yang ditulis
            dalam aksara  Grantha (Pallawa) dan ber bahasa Tamil (Hultzsch 1891-1892, 11).

            Isinya menye butkan bahwa pada bulan Māsi (Fe bruari-Maret) tahun 1010 Śaka
            (1088 Masehi), “Yang kelima ratus dari seribu arah” telah menyuruh me mahat dan
            menancapkan batu (prasasti) ini (Subbarayalu 2002, 20).


            Di kawasan Lobu  Tua ada sebuah tempat yang menurut keterangan penduduk
            dulunya bernama Pancur(an), sesuai dengan keterangan van Vuuren yang menyatakan
            bahwa di daerah hulu sebelah barat dari Barus ada sebuah kampung yang bernama

            Pansur (van  Vuuren 1908, 1391).  Nama tempat ini mengingatkan kita dengan
            kata Fansur dari sumber Arab (Miksic 1979, 93-94), yang muncul untuk per tama
            kalinya dalam berita Arab  (ahbār as-sī n wa l-hind= Catatan mengenai Cina dan
            India) dari tahun 851 Masehi (Wheatley 1961, 244). Nama tersebut mung kin dapat
            disamakan dengan kata Pansur atau Patsur yang dapat berarti mata air. Beberapa pakar

            beranggapan bahwa nama tersebut berasal dari kata lokal, yaitu Pansur, bukan berasal
            dari kata Arab. Nama tersebut memberi arti yang sama separti perkataan Melayu,
            pancur(an) yang berarti “air yang keluar dari dalam bumi sebagai mata-air”. Dalam

            kenyataannya, sebuah sungai kecil bermata-air berada di dekatnya dan terdapat
            sebuah pancuran (van Vuuren 1908, 1393).  Peta Mao K’un menyebut Pan-tsu (Mills
            1951, 282) dan Sejarah Dinasti Ming menyebut Pan-tsou-cul atau Kou-li-pan-tsou
            yang diinterpretasikan sebagai “Pulau Pan-tsou” oleh Pelliot (Pelliot  1912, 331).
            Fansur terkenal karena sumber kapur barus yang banyak ditemukan di hutan-hutan

            di daerah itu (Wolters 1967, 180). Dalam konteks Fansur, ada beberapa sumber lain
            yang menyebutkannya, antara lain Chau Ju-kua yang menyebut pin-su, Marco Polo
            menyebut Fansur, dan Wu-pei Chih menyebut Pan-tsu (Hirth & Rockhill 1911, 91).
                                                                                                                97
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114