Page 261 - S Pelabuhan 15.indd
P. 261

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            mengangkut muatan 10-15 koyang atau setara dengan 20-30 ton. Bahkan kadang-

            kadang terlihat jenis kapal padewakang yang bisa mengangkut muatan 120-140 ton.

            Dominasi perahu-perahu Bugis-Makassar ini cukup kuat karena tidak banyak

            penduduk setempat yang memiliki armada seperti padewakang dan pinisi milik orang
            Makassar-Bugis. Orang Bali, misalnya, hanya memiliki jukung yang tidak dapat
            berlayar jauh. Sementara itu kapal-kapal Bugis-Makassar atau padewakang dan pinisi
            dapat mencapai 30 ton bobotnya.


            Posisi strategis dan keramaian bandar Kuta yang menjadi jalur pelayaran dari Jawa,
            Singapura dan menuju bagian kepulauan Nusa Tenggara membuat Kuta menjadi

            pusat perdagangan bahkan untuk keseluruhan wilayah pulau Bali. Kerajaan-kerajaan
            di Bali, seperti Tabanan, Klungkung, Mengwi dan Gianyar menjadikan pelabuhan
            Kuta sebagai bandar transito bagi produk barang-barang mereka yang hendak
            diekspor ke luar Bali.






            16.1.2 Pelabuhan di Karangasem

            Pertumbuhan ekonomi Bali secara keseluruhan juga didukung oleh pertumbuhan

            ekonomi di Karangasem. Daerah ini sudah berada di bawah kendali Belanda sejak
            tahun 1896. Karangasem adalah penghasil kelapa terbesar di Bali. Distrik Manggis
            adalah penghasil kelapa terbesar di Karangasem, sedangkan komoditi unggulan
            untuk ekspor adalah kopra. Kopra diekspor melalui pelabuhan Padang. Karangasem
            juga terkenal sebagai penghasil buah-buahan dan lontar (pohon palma). Pohon enau

            juga menjadi komoditi dagang setelah tandan bunganya disadap dan kemudian
            dibuat gula merah (gula enau). Kemudian daunnya dipakai sebagai alat tulis dan
            anyam-anyaman yang diperdagangkan sampai ke Lombok. Komoditi lain yang

            sering diperjualbelikan adalah candu. Namun candu dibawa melalui kereta. Kereta
            pengangkut candu diberangkatkan dari Denpasar menuju Karangasem dan dijaga
            ketat oleh polisi. Antara tahun 1915-1920 sudah terdapat 21 tempat penjualan candu
            di Karangasem.


            Pendaratan pegawai Belanda dan penurunan barang dilakukan di pelabuhan Ujung
            yang terletak kira-kira 5 km dari kota Karangasem. Kapal-kapal KPM seringkali
            singgah di pelabuhan ini. Banyak orang Sasak tinggal di kampung Ujung pesisir.
                                                                                                               249
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266