Page 297 - S Pelabuhan 15.indd
P. 297
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
Makasaar dan Bugis menjual muatan mereka dan membeli lilin, kayu cendana dan
kuda. Kedatangan saudagar keturunan Arab asal Pontianak, Syarif Abdulrachman bin
Abubakar Algadrie ke pelabuhan Waingapu sejak 1840-an membuat perdagangan
di Waingapu meningkat pesat. Ramainya perdagangan di Waingapu ditunjukkan
dengan angka kedatangan kapal-kapal pada tahun 1869 sebanyak 95 buah yang
berasal dari Jawa (7 buah), dari Ende (64 buah), Manggarai (5 buah), Lombok (7
buah), Makassar (2 Buah), Bima (3 Buah), Sumbawa (1 buah), Kupang (3buah) dan
Sabu (2 buah).
Dalam perkembangan selanjutnya terlihat kapal uap Curacau berlabuh di Sumba
pada bulan Januari 1877. Pada bulan yang sama 2 perahu Ende dan Paduwakang
dengan awak 27 orang dan dengan muatan beras dari Pedjoe (Lombok) datang ke
Sumba. Pada bulan April 1877 kapal Brano tiba di Sumba untuk mengangkut kuda
ke Surabaya. Pada saat yang sama kapal uap Bromo milik pemerintah Hindia Belanda
juga berlabuh di Sumba. Pada bulan Mei 1877 ada 1426 ekor kuda yang dikirim dari
Sumba ke Jawa.
17.5 Pelabuhan Komodo, Selat Sape Flores Barat
Di sebelah Barat Pulau Flores terdapat pulau Komodo yang jarang penduduknya,
pulau ini bersama pulau Rinca di sebelah Timurnya, terletak di sebelah Selat Sape,
antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores. Perjalanan ke Pulau Sumbawa dilakukan
dengan perahu melewati pulau-pulau kecil seperti Girilawa, Lulu, Bendera, dan
Gilibanta, yang membutuhkan waktu satu hari pelayaran. Sementara itu untuk
berlayar menuju Labuhan Bajo di Flores memakan waktu perjalanan setengah hari
dengan melewati Pulau Messah.
Penduduk Pulau Komodo dikenal dengan sebutan Ata Modo dan pulaunya mereka
sebut Tana Modo, dengan jumlah desa yang sangat sedikit. Menurut Zollinger, sekitar
tahun 1850 penduduk yang tinggal di Pulau Komodo dahulu mengungsi ke Bima
akibat adanya serangan bajak laut.
Berdasarkan laporan Gronovius yang berlayar ke Pulau Sumba tahun 1846, Pulau
Komodo dan Sape di Sumbawa Timur, merupakan tempat yang di pakai sebagai
pangkalan oleh para bajak laut untuk menyerang desa-desa di pantai utara Sumba,
285
dan menangkap Penduduknya untuk di jadikan budak yang diperjualbelikan.