Page 26 - IPS-BS-KLS_VII_Tema 3
P. 26

8.  Banjarmasin: Perisai Penjajahan di Kalimantan
                     Pada  tahun  1636  M  Kerajaan  Banjarmasin  telah  berpengaruh  di

                     Landak,  Sambas,  Sukadana,  Kutawaringin  Mendawai,  Pulau  Laut,
                     dan  seluruh  pantai  timur  termasuk  Kutai  Pasir  dan  Berau  serta
                     daerah  lainnya  di  Kalimantan.  Perdagangan  lada  menjadi  ramai  di
                     Banjarmasin  dan  menarik  Inggris  untuk  berpindah  dari  Banten  ke

                     Banjarmasin.  Pada  tahun  1663  M  timbul  perebutan  takhta  dan
                     Pangeran  Dipati  Anom  dengan  dukungan  keluarga  Biaju  berhasil
                     menggeser  Penembahan  Ratu.  Perubahan  yang  ada  di  istana
                     diselesaikan    dengan     suatu   kompromi,      Panembahan       Ratu

                     berkedudukan di Martapura sedangkan raja yang baru berkedudukan
                     di Surinata, Banjarmasin.

                     Pada  tahun  1670  pecah  perang  perebutan  tahta.  Raja  Surianata  dituntut
                     untuk  turun  takhta  oleh  Suriadilaga  (seorang  pemuka  yang  mendapat

                     dukungan besar Melayu). Pada akhirnya Raja Surianata tersisihkan. Pada
                     awal abad ke-18 M kedudukan Banjarmasin tetap kuat tidak terpengaruh
                     oleh pengaruh asing. Pelabuhan Banjarmasin bebas untuk perdagangan
                     asing seperti Inggris, Tiongkok, Perancis dan Portugis.


                     Banyak  dari  peradaban  Islam  di  Indonesia  meninggalkan  jejak.
                     Peninggalan-peninggalan  tersebut  masih  digunakan  dan  berfungsi
                     hingga sekarang. Masjid mempunyai arti kata yaitu tempat sujud. Masjid

                     adalah tempat untuk mendirikan salat menurut peraturan Islam. Masjid
                     dan  surau  memiliki  serambi  di  bagian  depan  serta  sebuah  bangunan
                     berbentuk bujur sangkar yang melingkupi sebuah ruangan. Masjid dan
                     surau  juga  dilengkapi  dengan  empat  buah  tiang  utama  yang  berfungsi
                     sebagai penunjang bagian atap. Empat tiang utama ini berada di tengah

                     dan menjadi penunjang utama atap yang disebut soko guru.
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31