Page 9 - KLIPINGBPPT09072019PAGI
P. 9
Judul
BPPT jelaskan perbedaan hujan buatan untuk karhutla dan polusi udara
Media
Antaranews.com
Terbit
9 Juli 2019
Tone
Netral
Hal/link
https://www.antaranews.com/berita/946522/bppt-jelaskan- perbedaan-hujan-buatan-untuk-karhutla-dan-polusi-udara
PR VALUE
Rp. 15,000,000
Jurnalis
Astrid Faidlatul Habibah
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan tentang perbedaan antara proses pembuatan hujan buatan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta polusi udara.
Sebelumnya pada Kamis (4/7), Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa pihaknya baru pertama kali menggunakan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengatasi masalah pencemaran udara yang akan dilakukannya untuk Kota Jakarta dalam beberapa waktu yang akan datang.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kepala BBTMC Tri Handoko Seto. Ia mengatakan bahwa sebenarnya metode TMC melalui hujan buatan biasa digunakan untuk mengatasi masalah-masalah saat kemarau, seperti kebakaran lahan dan hutan (karhutla) serta pengisian air ke waduk warga yang bekerja sama dengan PLTA.
“Ada sedikit persamaan dan perbedaan dalam penerapan hujan buatan untuk karhutla dan polusi udara,” katanya saat dihubungi oleh ANTARA di Jakarta, Senin.
Tri mengatakan dalam mengatasi kasus kebakaran hutan atau pengisian air ke waduk warga, hujan buatan dimulai dari pemberian rangsangan terhadap awan dengan mengukur dan menghitungnya terlebih dahulu agar diketahui bahan yang cocok untuk merangsangnya, seperti garam NaCL.
Setelah itu, dilakukan proses penyemaian terhadap awan menggunakan bahan kimia berukuran 30 micron yang diantar dengan pesawat khusus, yaitu Casa NC212/200. Hal tersebut berguna sebagai pengumpul uap air di awan yang akhirnya membesar sekitar 1 milli dan jatuh menjadi hujan.
“Penyemaian itu dilakukan sehingga awan akan segera lebih aktif dan menurunkan hujan,” katanya.