Page 11 - KLIPING BELMAWA 9 MEI PAGI
P. 11
Dengan jarak lintasan sekitar 10 kilometer, Moran Team hanya menghabiskan 85 mililiter gasoline. Artinya, hanya dengan 1 liter gasoline, mobil tersebut bisa menempuh jarak hingga 120 kilometer.
"Mobil yang ikut kompetisi bersama kita ada 26 mobil, yang menarik adalah tidak semua mobil bisa ikut race. Sebab, sebelumnya ada technical inspection (TI) untuk memastikan kendaraan itu aman dan bisa jalan," terang dia.
Pada TI itu, setiap mobil dilakukan pengecekan secara detail, seperti keadaan fungsi rem, dimensi mobil, elektrikal, dan sebagainya.
"Jadi tidak semua kendaraan lulus, tim kita kebetulan lulus karena semuanya dibuat sendiri. Jadi kita paham, kalau ada masalah kita bisa menyelesaikannya dengan cepat," imbuh pria berkacamata ini.
Dosen pembimbing Moran Team, Martinus, M.Sc., saat ditemui Lampung Geh, Rabu (8/5) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh.
Juara pertama diraih tim asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), sementara Unila mendapatkan juara ke-9. Kompetisi ini juga dibagi dalam beberapa kategori, yakni Proto ICE (Internal Combustion Engine), Proto Listrik, dan Proto Hidrogen, lalu Urban ICE, Urban Listrik, dan Urban Hidrogen.
"Kita masuk ke kategori Urban ICE, jadi pesaing kita itu tidak hanya gasoline, tetapi ada diesel dan etanol. Ini basisnya adalah universitas, jadi setiap kampus bisa ngirim lebih dari satu kendaraan. Tapi yang pasti itu biayanya mahal," bebernya.
Setidaknya, ada beberapa perguruan tinggi asal Indonesia yang juga turut berpartisipasi, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Lampung, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Sumatera Utara, Institute Teknologi Medan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, Universitas Bina Nusantara, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Jakarta.
Selaku dosen pembimbing, Martinus mengharapkan Moran Team bisa mendapatkan juara 1 pada ajang kompetisi selanjutnya.
"Karena salah satu kendala kita itu dana riset pengembangan. Unila itu sangat tertinggal walaupun kita bisa mengkapitalisasi hasilnya," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Moran Team, Rifqi Rahma Andrianto, mengatakan bahwa tim sempat mengalami beberapa kendala sebelum berangkat ke Negeri Jiran.
"Yang paling penting itu gimana caranya tim saya selamat sampai sana (Malaysia). Kedua, kita mengupayakan hasil yang terbaik. Kalau tim itu pasti ada yang bandel kita tegur aja baiknya, kita omongin karena kita berjuang di satu kompetisi," ucapnya.
Pada kompetisi kemarin, timnya menargetkan bisa masuk ke dalam 15 besar. Namun apa daya, Tuhan berkehendak lain, tetapi Moran Team masih bisa masuk ke dalam 10 besar di tingkat Asia.