Page 14 - KLIPINGBELMAWA24062019SORE
P. 14

Tim Iris juga berhasil menyabet untuk juara sebagai desain terbaik dan strategi terbaik di KRI 2019 di kategori KRSBI Beroda. "Hasil dari pengalaman dan evaluasi teknis di KRI ini akan kami jadikan bekal di ajang internasional nanti, agar lebih matang lagi persiapan tim kami," ucapnya
Pada divisi Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), tim Vi-Rose juga berjaya menyabet juara 1. Setelah dapat melaju ke delapan besar dengan perolehan poin tertinggi 74.8 poin. Gerakan tubuh Vi-Rose semakin gemulai ketika berhasil menembus babak empat besar dan harus bersaing melawan tim dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD), dan Universitas Tadulako Palu (UNTAD).
Ketua tim Vi-Rose, Nafis Taqiyudin mengatakan, pada penutupan KRI 2019 Vi-Rose juga dinobatkan sebagai desain terbaik untuk robot seni tari di KRI 2019. "Vi-Rose terakhir menang 2012 dan ini adalah juara yang sudah kita harapkan dan persiapkan sebelum kita berangkat ke sini, kami pun mendapatkan bonus sebagai Desain Terbaik untuk robot kami," ujar Nafis.
Untuk divisi Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), robot Risma dari tim ITS berhasil menempati juara ketiga setelah menumbangkan tim dari Universitas Islam Sultan Agung pada saat perebutan juara ketiga dengan perolehan nilai penuh. Risma tak dapat melangkah ke final setelah sebelumnya robot berkakinya harus retry dua kali ketika melawan tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Namun mereka berhasil finish dengan jeda waktu yang sangat berdekatan. Ketika melawan ITB, tim ITS memang kalah dalam sisi waktu melewati rintangan yang berbentuk tali, karena dari sisi bentuk kaki robot sudah berbeda. Tim lawan berkaki seperti tank yang datar serta lebih kokoh, dan bisa melewati tali dengan mudah.
"Namun, tim kami mengikuti standar peraturan yang ada sesuai arahan dari tingkat regional, kaki robot harus empat dan menyerupai kaki kuda, " kata ketua tim Risma, Ahmad Auril Barelvi.
Sementara itu untuk tim Abinara-1 di kategori Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) harus puas di posisi ke-10 setelah pada sesi ketiga robot tidak berhasil memadamkan api. "Kami masih mengevaluasi kelemahan robot di sesi ketiga ini apa yang menyebabkan robot tak dapat memadamkan api. Tahun selanjutnya kami akan mencoba lebih baik lagi," ungkap ketua tim Abinara-1, Reza Pahlevi.
Pada kategori terakhir yaitu KRSBI Humanoid, tim ITS Ichiro tak mampu tampil maksimal. Setelah gagal melewati babak perempat final, dengan ditahan hingga babak tambahan oleh Tim Krakatau FC dari Universitas Teknokrat Indonesia dengan skor 0-0. Sehingga, mengharuskan pertandingan berlanjut dengan adu penalti. Pada proses adu penalti


































































































   12   13   14   15   16