Page 6 - KLIPINGBPPT19032019 (pagi)
P. 6
]’;
Inaya menegaskan riset sosial tidak kalah penting dibanding riset bidang-bidang lain. “Analisis sosial yang mawas sejarah, politik, sistem sosial, dan perilaku manusia amat penting untuk memastikan kebijakan yang tepat sasaran dan berkelanjutan,” tulisnya.
Salah Fokus Riset Kesehatan
Meiwita Budiharsana turut menumpahkan kegelisahannya di kanal The Conversationperihal sebuah krisis di dunia penelitian kesehatan di dalam negeri. Guru Besar FKM UI itu mempertanyakan mengapa riset kesehatan jarang memengaruhi perubahan atau pembuatan kebijakan di Indonesia.
Ia mengutip kasus malnutrisi yang membunuh 60-an anak di Papua dan tingginya kematian ibu dan bayi di Indonesia. Untuk penanggulangan maupun pencegahan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) idealnya merumuskan kebijakan berdasarkan bukti yang dikumpulkan dari hasil penelitian timnya.
“Tapi riset saya menunjukkan bahwa para peneliti Badan Penelitian Kesehatan tetap melakukan penelitian dengan topik di luar permasalahan utama pemegang program di Kementerian Kesehatan untuk periode yang sama.”
Meiwita menambahkan Kemenkes sangat jarang menggunakan hasil temuan dari sekitar 1.300 penelitian yang dilaporkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dalam periode 2011-2015.
“Kebanyakan hasil penelitian tersebut hanya disimpan di rak-rak perpustakaan.”
Situasi tersebut, menurut Meiwita, membuat para peneliti tidak merasa perlu melakukan riset yang dapat menjadi bukti perlunya perubahan kebijakan atau kebijakan baru. Jumlah peneliti di komunitas akademik yang terlibat diskusi perumusan kebijakan kesehatan juga terbatas.
“Aturan akademik penelitian di universitas membatasi ruang lingkup penelitian sebatas menemukan kerangka konsep baru berdasarkan kerangka-kerangka teori yang sudah ada, memetakan beberapa cara pengambilan keputusan pada tingkat daerah atau pusat, atau menguji asumsi-asumsi konvensional yang sudah dikenal di ilmu kesehatan masyarakat.”