Page 31 - KLIPINGBPPT26032019 (Pagi)
P. 31
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ( Menristekdikti), Mohamad Nasir, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, maupun perwakilan dari Provinsi DKI Jakarta.
Usai peresmian, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakab pilot project PLTSa ini memiliki kapasitas pengolahan sampah mencapai 100 ton perhari, dan akan menghasilkan bonus listrik sebanyak 700 kilowatt.
"Jadi konsep kita itu adalah waste to energy, dari sampah menjadi energi Iistrik. Sampah yang diolah dalam PLTSa ini adalah sampah yang tidak termanfaatkan lagi,“ ungkap Hammam.
Pilot Project PLTSa Merah-Putih ini lanjut Hammam, ditujukan untuk model pencontohan nasional, khususnya sebagai solusi mengatasi timbunan sampah di kota besar.
Perlu teknologi dalam mengolah sampah Indonesia yang kita tahu kondisinya itu mengandung bahan organik tinggi, kelembaban tinggi, dan dengan nilai kalori tinggi sehingga BPPT memakai teknologi pengolah sampah proses thermal," jelasnya.
Hammam juga mengutarakan bahwa Pilot Project PLTSa ini menjadi sarana riset dalam reduksi sampah, khususnya secara thermal. Hal ini dibutuhkan guna mengurangi tumpukan sampah tepat dengan komponen lokal yang tinggi, mempelajari sistim operasional yang menghitung tippingfee, biaya operasional dan biaya lainnya.
Pembangunan Pilot project ini berlangsung datam waktu cepat yaitu tidak sampai satu tahun. PLTSa ini juga pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi termal yang sudah merupakan hasil kajian desain tim BPPT.
"Tentunya masih ada sejumlah komponen atau proses yang perlu disempurnakan agar berjalan dengan lancar," jelasnya.
Terakhir Hammam berharap dengan beroperasinya PLTSa ini dapat menjadi dorongan dan evaluasi kepada pemerintah tentang PLTSa baik dalam hal teknologi maupun kebijakannya.
"Kita PLTSa nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi. Tim bangun bekerjama dengan mitra lokal, sebagian besar peralatan merupakan produk dalam negeri. Oleh karenanha kami namaman dengan PLTSa merah putih," tegasnya.