Page 3 - Microsoft Word - KLIPING250119 (PAGI).doc
P. 3

"Sudah menjadi hal rutin setiap tahunnya untuk mempublikasikan inovasi kami. Di awal 2019 ini kami melibatkan masyarakat melalui kegiatan informal," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni Solistia Wirawan di lokasi kegiatan, Kamis.
Soni mengatakan, terdapat tiga kegiatan utama yang dilaksanakan dalam rangka sosialisasi inovasi agroindustri dan bioteknologi yakni lomba memasak makanan sehat, lomba merangkai bunga, dan demo kecantikan yang seluruhnya menggunakan produk dari inovasi agroindustri dan biomedika BPPT.
Seperti lomba kreativitas merangkai bunga menggunakan bahan dasar bunga anggrek varietas baru hasil pengembangan Balai Bioteknologi melalui Teknik kultur jaringan.
Kemudian demo dan lomba masak bertema “masakan nusantara” dipimpin oleh chef Alfin dan chef Anastasya dengan menggunakan bahan-bahan beras sagu, tepung singkong instan dan ikan Nila serta minuman herbal.
Dan tidak kalah menariknya adalah penyelenggaraan demo kecantikan melibatkan mitra kerja PT Martina Berto.
"Gelar teknologi Teknologi Agroindustri dan Biomedika (TAB) kali ketiga ini ditujukan dalam rangka mensosialisasikan inovasi yang kami lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sektor pangan dan obat-obatan," kata Soni.
Dikatakan Deputi TAB dalam kegiatan yang bertajuk “Open House dan Lomba Kreativitas Olahan Produk Unggulan TAB” ini juga dimaksudkan untuk mengenalkan layanan teknologi yang dilakukan oleh BPPT.
Selama giat ini berlangsung imbuhnya, masyarakat maupun pemangku kepentingan dapat berkunjung ke fasilitas laboratorium di lingkungan Kedeputian TAB. Hal ini dilakukan guna menjajaki peluang kerja sama di bidang pertanian, pangan dan kesehatan yang merupakan inti kompetensi Kedeputian TAB.
“Tingginya konsumsi nasi jelas akan membawa konsekuensi pada berbagai hal, mulai dari keharusan penyediaan stok beras hingga masalah kesehatan yang mungkin timbul. Dari sisi keharusan penyediaan stok beras, maka kami berupaya untuk mendorong ketersediaan beras pada tingkat aman. Tentunya dengan penguasaan teknologi,” terangnya.
Sementara dari sisi kesehatan, ketergantungan pada nasi akan berakibat pada tingginya permasalahan obesitas, akibat indeks glikemiknya tinggi. Kondisi ini diperparah dengan perubahan pola gaya hidup masyarakat yang cenderung jarang beraktivitas fisik atau berolah raga dan mengkonsumsi makanan yang kurang sehat.
“Menyadari potensi bahaya dari ketergantungan pada nasi, perekayasa di lingkungan Kedeputian TAB telah mengembangkan beras yang berbahan baku singkong, jagung dan sagu. Beras ini mempunyai indeks glikemik yang rendah


































































































   1   2   3   4   5