Page 4 - KLIPINGBELMAWA26062019SORE
P. 4

Judul
IGI Dukung Skema SNMPTN Dihapus
Media
Beritasatu
Terbit
26 Juni 2019
Tone
Netral
Hal/link
https://www.beritasatu.com/nasional/561307/igi-dukung-skema- snmptn-dihapus
PR VALUE
Rp.30,000.000
Jurnalis
Maria
IGI Dukung Skema SNMPTN Dihapus
Jakarta, Beritasatu.com - Skema zonasi pada penerima perserta didik baru(PPDB) yang menuai pro dan kontra, salah satunya dipicu pertimbangan orang tua untuk mempersiapkan putra dan putrinya melanjutkan ke perguruan tinggi negeri (PTN). Sebab, selama ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi(Kemristekdikti) menerapkan tiga skema masuk PTN meliputi; Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan jalur ujian mandiri (UM).
Kemristekdikti menyediakan kuota minimal 30 persen untuk skema SNMPTN. Dengan begitu, kesempatan siswa dari sekolah favorit yang berakreditasi terbaik sangat besar. Pasalnya, salah satu syarat masuk SNMPTN, pertimbangan akreditasi sekolah. Dengan rincian sekolah akreditasi A berhak mendaftar 50 persen siswa, B (30 persen), C (10 persen), dan akreditasi lainnya hanya disediakan kuota 5 persen.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan, kuota untuk sekolah berakreditasi ini tentu tidak adil dan tidak jelas tujuannya. Pasalnya, sekolah yang berakreditasi bagus akan semakin bagus, sedangkan yang jelek akan semakin jelek. Oleh karena itu, IGI mendukung keinginan Kemdikbud agar kuota SNMPTN dihapuskan.
“IGI sangat setuju SNMPTN dihapuskan. Kami sudah membahas itu sejak pertama kali zonasi diberlakukan karena 2020 nanti produk zonasi sudah waktunya masuk perguruan tinggi,” kata Ramli kepada Suara Pembaruan, Selasa (25/6/2019) malam.
Menurut Ramli, sebaiknya SNMPTN Undangan dikembalikan ke pola jalur pemanduan potensi belajar (JPPB) yang pada masa lalu memberi kesempatan sekolah terpencil masuk PTN. Sebab, kebijakan JPPB ini menjaring anak-anak berbakat masuk PTN karena mereka jika dipertarungkan dengan anak-anak kota akan kalah karena pengaruh informasi dan bimbingan belajar (bimbel).
“Mereka dianggap tertinggal sehingga dibuat program matrikulasi untuk menyamakan


































































































   2   3   4   5   6