Page 13 - KLIPING BELMAWA 9 APRIL SORE.docx
P. 13
Bahkan mungkin di lingkungan sekitar mahasiswa, tidak sedikit yang tertinggal dari riuhnya industri 4.0. “Jadi siapa yang akan meningkatkan martabat mereka? Mahasiswa. Masa mau dibiarkan,” katanya.
Menurutnya, teknologi akan mengangkat martabat masyarakat jika didukung dengan tersedianya ahli atau sumber daya manusia (SDM) yang mau terjun ke masyarakat. Namun saat ini jumlah SDM di Indonesia yang terkait dengan teknologi masih minim.
Contohnya, kata dia, jumlah insinyur di Indonesia masih sangat kurang, yakni 3.000 insinyur dari 1 juta penduduk. Jumlah tersebut kalah jauh dibandingkan Singapura dan negara lainnya.
Ia juga menyoroti masih rendahnya budaya baca di Indonesia. Hal ini berdampak pada lemahnya terhadap analisa dan penelitian masalah.
“Kita masih kurang membaca, tidak membaca akan kurang bisa menganalisa, tidak bisa menganalisa tidak bisa melakukan penelitian, tidak penelitian tidak bisa berkontribusi untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat kota/kabupaten,” katanya.
Padahal, lanjut dia, mahasiswa mengemban tri darma pendidikan yang salah satunya pengabdian kepada masyarakat. Untuk itu, ia pun meminta mahasiswa agar bekerja keras dan mulai meninggalkan kebiasaan yang tidak produktif.
Mahasiswa disarankan memakai waktu luangnya untuk diisi dengan hal bermanfaat, misalnya magang kerja. Karena saat ini, magang bisa dilakukan sejak awal semester. Salah satu manfaat magang ialah berkomunikasi dengan dunia di luar kampus.
“Jadi kalau ada waktu luang jangan main, magang. Di tempat magang bisa belajar komunikasi dengan komunitas yang lebih luas. Komunikasi di perguruan tinggi paling lama 7 tahun. 30 sampai 40 tahun kominikasi dilakukan di dunia industri dan masyarakat,” terangnya. (Iman Herdiana)