Page 5 - KLIPING BELMAWA (12 JULI 2019 - PAGI)
P. 5
Rektor Institut Teknologi Bandung Kadarsah Suryadi membenarkan kampus yang dipimpinnya membuka jalur ujian mandiri. Kampusnya berprinsip bahwa jalur mandiri bukan untuk menggalang dana. Melainkan untuk tetap memberi kesempatan bagi siswa yang masih bertekad kuliah dan kurang mampu secara ekonomi.
Sebab, kasus yang dihadapi setiap anak berbeda. Tidak melulu gagal pada SNMPTN maupun SBMPTN. Ada yang sudah diterima SBM PTN tapi ngakunya salah jurusan. Asal memilih prodi yang penting diterima negeri pada jalur sebelumnya.
Selain itu, Kadarsah juga masih membuka peluang beasiswa bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi melalui jalur mandiri. Memberikan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan slip gaji orangtua sebagai persyaratannya.
”Nantinya, tim kami akan mengecek untuk verifikasi data tersebut. Kami sediakan biaya Rp 0 dan hanya membayar 20 persen UKT (uang kuliah tunggal). Untuk yang mampu, kami mempersilahkan bayar semampunya," terangnya kepada Jawa Pos. Sehingga walaupun lewat jalur UM tidak ada kesan komersialisasi.
Meski begitu, ITB tetap mengutamakan kualitas calon mahasiswanya. Memenuhi syarat akademik dengan lulus tes dan menyantumkan nilai UTBK, serta harus memiliki surat keterangan tidak mampu dari kelurahan atau kecematan siswa tinggal.
”Semuanya tetap kami akan melakukan penyaringan di tahap ujian mandiri ini. Sebab, tantangan kami kedepan adalah bagaimana menyeimbangkan hasil para lulusan bukan hanya profesional ditingkatkan, melainkan meningkatkan lulusan yang siap jadi peneliti dan entrepreneur,” jelas Kadarsah.
Di Surabaya, tidak hanya jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN), peminat masyarakat masuk PTN jalur mandiri terus meningkat. Biaya yang dikeluarkan pun jauh lebih mahal. Sebab, mereka tidak hanya membayar uang kuliah tunggal (UKT) per semester, tetapi juga membayar sumbangan pengembangan institusi (SPI).
Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Mochamad Ashari mengatakan, Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) telah mematok kuota jalur mandiri di masing-masing PTN maksimum 30 persen dari total mahasiswa baru (maba).
Sementara, kuota 70 persen dialokasikan untuk jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN) dan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN). “Kami perlu ada subsidi silang untuk mahasiswa yang ekonominya kurang. Dan itu diambil dari jalur mandiri,” katanya.
Menurut Ashari, ITS sendiri memiliki kuota bidikmisi 850 orang. Kuota tersebut sesuai dengan peraturan dari Kemenristekdikti. Yakni, 20 persen dari total kuota mahasiswa baru. Itu diberikan pada jalur SNMPTN dan SBMPTN. Itu pun belum tentu kuotanya terpenuhi. “Perguruan tinggi butuh penyeimbang subsidi silang lewat jalur mandiri. Mereka yang punya kemampuan ekonomi lebih. Karena jalur mandiri tidak ada bidikmisi,” ujarnya.
Ashari menuturkan, besaran biaya UKT jalur mandiri ITS masih terbilang murah. Yakni, Rp 7,5 juta per semester untuk seluruh program studi (prodi). Besaran UKT tersebut sama dengan