Page 23 - KLIPINGBELMAWA27062019PAGI
P. 23
Judul
Kritis, Analitis, dan Tak Cuma Menghafal
Media
Jawapos.co.id - online
Terbit
27 Juni 2019
Tone
Netral
Hal/link
https://www.jawapos.com/opini/26/06/2019/kritis-analitis- dan-tak-cuma-menghafal/
PR VALUE
Rp 15.000.000
Jurnalis
(*/c5/ttg)
JawaPos.com – Pendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 memang turun. Tapi, di sisi lain, sistem seleksi tersebut lebih berkualitas, objektif, efisien, serta transparan daripada tahun-tahun sebelumnya.
Hanya, memang perlu persiapan yang lebih matang dari segi teknis peralatan teknologi. Sistem ujian tulis berbasis komputer membuat seleksi berjalan tanpa ribet.
Calon mahasiswa tidak perlu mengÂantre untuk mendaftar di kampus. Tidak perlu berkumpul dalam suatu tempat di satu waktu untuk menjalani tes. Semua serba-online. Peserta juga bisa memilih sendiri jadwal tes mereka.
Setiap peserta juga tidak akan mendapatkan soal yang sama. Namun memiliki tingkat kesulitÂan yang sama. Materi yang diujikan tes potensi skolastik dan akademik. Tes skolastik bertujuan untuk mengukur kemampuan kognitif. Misalnya, penalaran dan pengetahuan umum.
Selain itu, ada tes potensi akaÂdemik untuk mengukur kemampuan kognitif peserta sesuai deÂngan kelompok jurusan. Seluruhnya bertipe high order thinking skills (HOTS). Menuntut peserta untuk berpikir kritis dan analitis ketika menjawab soal. Tidak sekadar menghafal.
Nah, mungkin materi tersebutlah yang bisa jadi membuat nilai SBM PTN kali ini rendah. Sebab, semasa duduk di bangku SMA tidak dibiasakan mengerjakan soal-soal HOTS. Saya masih ingat betul protes terhadap ujian nasional berbasis komputer lantaran 10 persen soalnya bertipe HOTS.
Jika ada 50 soal, paling hanya lima soal yang bertipe HOTS. Seperti itu aja teriak. Hasilnya sekarang ketahuan. Banyak yang kesulitan mengerjakan soal UTBK SBM PTN yang memiliki persentase HOTS lebih banyak.