Page 3 - KLIPINGBPPT22042019(sore)
P. 3
Kepala Balai Teknologi Polimer BPPT Erny S. Soekotjo dalam pernyataan Guesehat yang diterima CNNIndonesia.com mengatakan bahwa pencemaran lingkungan ini terjadi karena polimer plastik memiliki berat molekul yang besar akibat dari penggabungan monomer yang lebih kecil dalam proses polimerisasi.
Proses polimerisasi ini biasanya harus diulang sampai 10 ribu kali agar plastik makin kuat dan padat.
"Inilah yang menjadikan molekulnya makin berat dan sulit dimakan bakteri."
Bukan hanya perkara plastik yang sulit diolah, namun sampah plastik bisa jadi masalah besar di bumi juga disebabkan karena rendahnya kesadaran manusia untuk menjaga lingkungannya.
"Ini akibat edukasi tentang plastik yang masih sangat kurang. Konotasi tentang plastik di masyarakat saat ini adalah sebatas tas plastik atau kantong plastik pembungkus makanan. Padahal, setiap hari kita sangat bergantung pada plastik. Bangun tidur kita sikat gigi menggunakan sikat gigi terbuat dari plastik," jelasnya.
Rendahnya kesadaran untuk membuang sampah dengan benar dan memilahnya juga dianggap masih sangat rendah.
"Kita baru punya undang-undang pengelolaan sampah tahun 2008, bandingkan dengan Jepang yang sudah memilikinya sejak 100 tahun lalu dan Singapura 40 tahun lalu," kata Ketua Indonesia Solid Waste Association, Sri Bebassari.
Undang-undang soal pengelolaan sampah di Indonesia ini diatur pada UU No 18 tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah. Hanya saja ini belum cukup untuk menyelesaikan persoalan sampah di Indonesia.
"Apakah kita harus mundur lagi ke belakang dengan kembali menggunakan logam, kayu, atau kertas? Ingat, kertas juga tidak ramah lingkungan karena sama saja menebang banyak pohon. Yang harus kita lakukan adalah bijak menggunakan plastik dengan menerapkan apa yang sudah kita hapalkan bersama, yaitu reduce, reuse dan recycle," jelas Erny. (chs/chs)