Page 22 - KLIPINGBELMAWA1062019PAGI
P. 22
Gerakan itu, lanjutnya, secara aktif menawarkan forum diskusi alternatif untuk menjawab kebutuhan mahasiswa yang mulai bertransformasi menjadi masyarakat urban. Pada saat yang sama, sejumlah mahasiswa kini juga mengalami kekeringan spiritualitas masyarakat modern dan perkotaan.
"Gerakan keagamaan eksklusif tidak hanya menawarkan pemahaman Islam sebagai 'teologi pascakematian', tapi juga membangun ghirah keislaman untuk bangkit dari ketertindasan oleh konspirasi nasional dan global, serta memiliki kewaspadaan yang tinggi dalam perang pemikiran (ghazwul fikr) yang sedang berlangsung," katanya.
Dalam suasana perang yang diindoktrinasikan tersebut, menurutnya, forum-forum tertutup kelompok Islamis hanya membaca literatur-literatur keislaman tokoh-tokoh mereka, seperti Hasan Albanna dan Aidh Alqarni.
Pemikiran dari kaum Islam pluralis dan pembaharu di Indonesia seperti Nurcholish Madjid, Ahmad Syafii Maarif, atau Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tidak pernah menjadi bahan diskusi, kecuali dalam konteks indoktrinasi bahaya ancaman pemikiran liberal.