Page 3 - KLIPINGBPPT10102019SORE
P. 3
Danang mengungkapkan, saat ini pihaknya telah mendapat senyawa paling aktif dari alam yakni mikroba bernama actinomycetes. Sample mikroba ini diambil dari kawasan yang jarang dimasuki manusia di Jember.
"Ini kita sudah uji aktivitasnya terhadap malaria lebih baik daripada obat malaria yang sudah ada sekarang, tapi perlu kita kaji lebih lanjut apakah dia tidak toxic terhadap sel manusia, kemudian tidak memberikan efek samping the kesehatan itu yang nanti akan kita uji lebih lanjut," terangnya. byDable
Baca juga: Angka Sakit Malaria di Lembata sudah Menurun Drastis Danang memastikan BPPT akan terus mencari senyawa lainnya yang dapat dijadikan kandidat obat. Sebab berdasarkan pengalaman dari perusahaan farmasi, untuk mendapatkan suatu obat, biasanya disiapkan sekitar 20-50 kandidat obat untuk dilakukan uji toksisitas.
Danang mengungkapkan, untuk menjalankan program ini, dana yang digunakan berasal dari JICA dan AMED dengan jumlah total sebesar Rp30 miliar.
"SATREPS satu tahun sekitar Rp6 miliar, selama lima tahun jadi Rp30 miliar. Bukan dalam bentuk dana semua, tapi juga tenaga ahli, kirim trainee ke sana, ada yang jadi alat," terangnya.
Selain dana dari SATREPS, pihak BPPT juga akan mengajukan proposal melalui program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS) Kemenristekdikti dan Litbangkes Kemenkes. (A-4)